Rabu, 17 Maret 2010

SITI LESTARI (Tugas PTK Bab II, dan III)

Kepada Yth.
Bapak Mawardi
di Tempat

Saya,
Nama : Siti Lestari
NIM : 282009090
Kelas : C (Batang 3)
Mengirim Tugas PTK Bab II, dan III



BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

Pendidikan matematika diberbagai Negara, terutama Negara-negara maju telah berkembang dengan cepat, disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan yang bernuansa sains dan teknologi.

Amerika Serikat telah memulai pembaharuan matematika sejak tahun 1980 (NCTM 1980) melalui suatu gerakan yang disebut “ An Agenda For Action “. Agenda ini memuat banyak rekomendasi yang terkait langsung dengan pembelajaran dan isi kurikulum. Tiga diantaranya adalah:

G.S Problem solving be the focus of school mathematics in the 1980’s , (2) Basic skills in the mathematics be defired to encompass more then computational foality dan (3) mathematic’s program take full advantage of the power of calculators and computers at all grade kids.

Model pembelajaran matematika yang berkembang didasarkan teori-teori belajar.Hakekat dari teori-teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran matematika perlu dipahami sungguh-sungguh sehingga tidak keliru dalam menerapkannnya.

Teori-teori belajar itu menjadi tidak berguna jika makna dari konsep-konsep yang dikembangkan tidak dipahami dengan baik.

Jika suatu teori belajar ternyata efektif untuk membantu menolong guru menjadi lebih professional.

Untuk meningkatkan kesadaran guru bahwa mereka wajib menolong siswa mengintregasikan konsep baru dengan konsep yang sudah ada maka teori itu berharga dan patut dipertimbangkan.

Teori Thorndike yang bersifat behavioristik (mekanistik) memberi warna yang kuat perlunya latihan dan mengerjakan soal-soal matematika sehingga peserta didik diharapkan terampil dan cekatan dalam mengerjakan soal-soal matematika yang beragam.

Teori holistic merupakan teori kognitif belajar dan dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran bermakna (meaning full instruction) dari Aussbel, memberi makna perlunya atau pentingnya materi pada ajaran yang bermakna dalam proses belajar karena kebermaknaan dan menyebabkan peserta didik menjadi terkesan sehingga pembelajaran tersebut akan mepunyai masa ingatan (retention spam) yang lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran yang bersifat hapalan.

Dalam proses belajar matematika, Bruner (1982) menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik dalam bersifat institutif dan analitik akan mencerdaskan peserta didik membuat prediksi dan terampil dalam menemukan pola (pattern) dan hububan atau keterkaitan (relavation).

Secara jelas Bruner menyebut tiga tingkatan yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasikan keadaan peserta didik yaitu (a)enactive (memanipulasi objek secara langsung). (b) iconic (manipulasi objek secara tidak langsung) dan (c) simbolic (manipulasi simbol).

Peggunaan berbagai objek dalam berbagai bentuk dilakukan setelah melalui pengamatan yang teliti bahwa memang benar objek itu yang diperlukan sebagai contoh bagi anak SD kelas I.

Tentu mereka dalam situasi enactive artinya matematika lebih banyak diajarkan dengan manipulasi objek secara langsung dengan memanfaatkan kerikil, kelereng, manik-manik, potongan kertas, bola, kotak, karet dan lidi, serta hindari penggunaan lansung simbol-simbol huruf dan lambang-lambang operasi yang berlebih.

B. KAJIAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

William Brownel (1935) mengatakan bahwa belajar itu pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bermakna ia mengemukakan bahwa belajar matematika itu harus merupakan belajar bermakna dan pengertian.

Edward L Thorndike (1874-1949) Toeri drill dalam pengerjaan matematika berdasarkan pada teori belajar asosiasi yang lebih dikenal dengan sebutan teori belajar stimulus respon.

Ruseffendi (1989,h 23) mengatakan bahwa matematika itu terorganisasikan dari unsure-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dlil-dalil, dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.

C. KERANGKA BERFIKIR

Berdasarkan kajian pustaka diatas maka kerangka berfikir penelitianyya sebagai berikut : Sekolah Dasar (SD) Negeri Lebo 02 Warungasem belum termasuk sekolah favorit di wilayah Kecamatan Warungasem, sehingga siswa-siswa yang masuk ke SDN Lebo 02 rata-rata bukan lulusan TK. Dilain pihak pokok bahasan menyelasaikan soal cerita yang mengandung pengurangan.

Materi dasar untuk mempelajari pengurangan pada kenyataan siswa dituntut harus bisa. Sehingga diperlukan metode khusus dalam pembelajaran agar pembelajaran matematika menjadi lebih menarik dan menyenagkan.

Dengan demikian guru perlu berusahan mencari metode yang pembelajaran yang diharapkan dapat menigkatkan kemampuan berfikir siswa agar terampil untuk memecahkan soal-soal hitungan

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model bermain kelereng diduga pemahaman siswa dalam menyelasaikan soal cerita yang mengandung pengurangan siswa kelas I SDN Lebo 02 tahun pelajaran 2009-2010 akan meningkat.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. SETTING DAN KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selam bulan April 2010 pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini di sebabkan karena variabel terikat yang diteliti yaitu hasil belajar matematika menyelasikan soal cerita yan mengandung pengurangan terdapat pada semester genap.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah dikelas I SDN Lebo 02 Warungasem Kabupaten Batang.

B. VARIABEL PENELITIAN

Subyek penelitian adalah siswa kelas I SDN Lebo 02 pada tahun pelajaran 2009/2010.

C. RENCANA TINDAKAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Secara umum alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang digunakan oleh Kemmis dan Taggart (kasbolah,1999)

1. Tahap Perencaaan (planning)

Guru menyiapkan materi berupa buku penunjang materi pembelajaran menyelesaikan soal cerita yang mengandung pengurangan, menyiapkan RPP, media yang digunakan kelereng.

2. Tahap Pelaksaaan Tindakan (action)

Guru menguraikan materi tentang menyelasaikan soal cerita yang mengandung pengurangan dan guru memperagakan cara menghitung dengan alat peraga kelereng. Siswa maju satu persatu untuk menghitung dengan menggunakan kelereng.

3. Tahap Pengamatan (observing)

Guru mengamati proses pendemontrasian alat peraga kelereng yan dilakukan oleh siswa selama proses belajar mengajar.

4. Tahap Refleksi (reflecting)

Guru menganalisis hasil evaluasi siswa

D. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

  1. Teknik Pengumpulan Data

Tes sebagai salah satu tehnik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data cerminan dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Tes yang digunakan merupakan tes hasil belajar yang berupa tes tertulis berbentuk obyektif, jenis menjawab soal cerita. Adapun materi tes yan digunakan yaitu menyelasikan soal cerita yang mengandung pengurangan.

  1. Alat Pengumpulan Data

Butir soal tes.

E. INDIKATOR KINERJA

Dengan melihat hasil ulangan pada tahun pelajaran sebelumnya, rata-rata nilai ulngan harian pada materi yang diteliti masih rendah ( < 50) maka pada penelitian ini ditetapkan indikator kerja yang digunakan adalah 60.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Data dianalisis dengan menggunakan analisis diskriptif komparatif, yaitu dengan mebandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar