Senin, 22 Maret 2010

Tugas PTK, Suwarni, 28 2009 106

Tugas PTK
Nama : Suwarni
NIM : 28 2009 106

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sering dikeluhkan oleh guru bahwa pembelajaran matematika itu kurang disenangi oleh siswa. Hal ini terjadi karena guru belum semua memahami tentang apa dan bagaimana matematika itu. Guru akan mampu menggunakan matematika untuk mencapai tujuan, bila memahami pelajaran matematika dengan baik efektif dan efesien. Konsep matematika siswa Sekolah Dasar (SD) sangat sederhana. Tetapi materi-materi matematika siswa Sekolah Dasar (SD) memuat konsep-konsep yang mendasar dan penting yang akan terbawa para masa jenjang sekolah selanjutnya.
Ukuran untuk keberhasilan pembelajaran adalah prestasi belajar. Matematika siswa kelas 1 SDN Sambong 02 Kecamatan Batang pada umumnya masih menunjukkan nilai yang rendah. Jika dilihat dari ulangan-ulangan harian, sebagian besar masih dibawah nilai Kriteria ketuntasan minimal (KKM) Yaitu dengan nilai rata-rata 68,83 (dari 30 siswa) .yang memenuhi nilai (SKM)nya hanya 11 siswa dari 30 siswa. Dengan nilai rata-rata kelas 41,53. Rendahnya prestasi-prestasi belajar matematika di kelas 1 SDN Sambong 02 ini dimungkinkan karena guru belum tepat menggunakan metode dan media pembelajarannya serta merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan materi maupun kondisi siswa. Guru masih menggunakan sistim konvensional yang bersifat satu arah dan membosankan bahkan cenderung membatasi kreatif siswa selama proses pembelajaran.
Untuk meningkatkan kreaktifan siswa maka guru harus memakai model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang telah diajarkan. Guru harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal. Upaya dilakukan untuk tuntunan lulusan yang kompetitif menjelaskan kegiatan pembelajaran dengan nuansa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dengan keterlibatan siswa secara aktif dalam membangun/pengetahuan oleh masing-masing individu didalam maupun diluar lingkungan sekolah dengan metode mengajar yang dapat siswa kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah pembelajaran Cooperatif Learning model Team Group Turnament diharapkan siswa dapat menggali dan menemukan pokok materi secara bersama sama dalam kelompok atau secara individu. Penerapan pembelajaran kooperatif learning model team group tournament,pendepengajaran menggunakan kelompok kecil [3- 4 bekerja sama dengan model tutor sebaya. Pembelajaran cooperative juga pembelajaran yang mengembangkan rasa asih dan asuh sesama teman. Siswa yang mampu menjadi tutor [pengajar ]teman sendiri . pemnelajaran cooperative learning mode ltiem group tournament merupakan tindakan pemecahan masal.Dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika khususnya kompetensi dasar melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka dalam pemecahan masalah bagi siswa kelas 1 semester 2 SDN Sambong 02 Kecamatan Batang sehingga diharapkan para guru bisa mengembangkan gagasan tentang strategi kegiatan pembelajaran yang aktif dan inovatif serta mengacu pencapaian kompetensi peserta didik.
B. Identifikasi Masalah berikut :
1 Pembelajaran matematika kurang disemamgi siswa.
2 Konsep-konsep matematika sekolah dasar sangat sederhana namun penting yang akan terbawa masa/jenjang selanjutnya.
3 Prestasi belajar matematika umumnya masih rendah karena guru belum tepat menggunakan metode gan media yang tepat.
4 Kegiatan belajar mengajar masih satu arah kreatifitas siswa kurang berkembang.
5 Perlu model pembelajaran yang efektif dan inovatif sehingga siswa telah cepat bosan dan mempunyai kesan yang tinggi.

C. Perumusan Masalah
Apakah melalui penerapan pembelajaran kooperatif learning model team group tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika tentang bentuk penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka dalam pemecahan masalah bagi siswa kelas 1 Sambong 02 Kecamatan Batang Tahun ajaran 2009/2010 ?
D. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan pemahaman pembelajaran matematika siswa SDN Sambong 02 dengan memakai model pembelajaran kooperatif learning model tram group tournament (TGT)
E. Manfaat Penelitian
1 Agar guru dapat memperbaiki dan meningkatkan proses-proses pembelajaran
2 Agar siswa dapat mengomunikasikan gagasan dengan lisan.
3 Meningkatkan prestasi siswa dan memperlancar kurikulum.
4 Dengan pengembangan model pembelajaran TGT dengan media penjumlahan bilangan cacah dalam menanam konsep berarti komponen belajar egektif dapat tercakup.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
1. Hasil Belajar Matematika
A. Hakekat Belajar
Belajar merupakan usaha yang dilakukan setiap manusia dalam rangka untuk mencapai sesuatu yang ingin dicapai. Menurut Suryobrata (2002 ; 232) menyimpulkan belajar yaitu :
[1] Belajar itu membawa perubahan,[2] perubahan itu pada pokoknya adaiah di dapatkannya kecakapan baru,[3]perubahan itu karena usaha dengan sengaja,[
Belajar adalah suatu proses di mana suatu tindakan muncul atau berubah karena adanya respon suatu situasi (Sukmadi Nata, 2003, 15)
Hal ini terkait deangan belajar adalah pengalaman, pengetahuan yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungan.
Dalam penelitian ini, belajar adalah suatu proses yang ditandai perubahan pada diri siswa, dan perubahan itu merupakan hasil belajar yang melibatkan segi jasmani dan rohani yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, serta semua aspek yang ada dalam individu.
Menurut paham Progresifisme Jhon Dewey (Pahyono 2004 ; 4)
1) Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksikan sendiri pemahaman mereka tenteng apa yang diajarkan oleh guru.
2) Anak haeus bebas agar bisa berkembang wajar.
3) Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
4) Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
5) Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat.
6) Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan eksperiment.
B. Hasil belajar
Hasil belajar siswa hal ini meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik [1] Aspek kognitif Kemampuan kognitif yang meliputi : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan evaluas i[2] Aspek afektif Kemempuan afektif meliputi : penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembenrukan pola hidup 3] Aspek psikomotorik Kemampuan psikomotorik meliputi : persepsi, kesiapan gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek, gerakan penyesuaian dan kreatifitas (Hamalik 2003 : 160)
C. Matematika
Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlah jumlah yang diketahui melalui proses perhitungan dari pengukuran di nyatakan dengan angka angka atau symbol stmbul .Pengajaran matematika kelas rendah, disajikan dalam pendekatan tematik sedangkan matematika kelas tinggi yaitu kelas 4 ke atas pelajaran mandiri .Oleh karena itu pengajaran matematika lebih banyak di titik beratkan kepada siswa dan lingkungan melalui konsep konsep sederhana sampai dengan komplek .Dadan Standar Nasional Pendidikan [BSNP ,2007.18 ]Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mengenal konsep konsep yan berkaitan dencan kehidupan dan lingkungan,memiliki kemampuan dasar berfikir kritis ,rasa ingin tahu,inkuiri,dan memecahkan masalah ketrampilan tertentu, pembelajaran nilai kehidupa seperti jujur,disiplin,tepat waktu dan tanggung jawab,pemikiran kritis ,sismatis, logis dankreatif.P engajaran matematika SD di andalkan untuk membina generasi penerus agar memahami potensi dirinya dalam berbagai tata kehidupannya serta mahir sebagai insan yang trampil ,intelektual dan warga Negara yang baik. [BNSP 2007;18 ]
D. Hasil belajar matematika
hasil belajar matematika adalah hasil penilaian belajar siswa mengenai yang telah dicapai dan dinyatakan dalam bentuk nilai angka , dapat mencerminkan hasil yangsudah di capai oleh setiap siswa dalam periode tertentu atau dalam sau kepetensi dasar dalam mata pelajaran matematika.

2. PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING MODEL TIEM CROUP TOURNAMENT [TGT]
A. Pengertian Pembelajaran
Menurut Gagne,[terjemahan Munadir, 1999 lll 3 ] Proses pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar sehingga situasi tersebut merupakan sebagai peristiwa belajar [even of learning ],yaitu usaha untuk terjadinya tingkah laku dari siswa
Kegiatan belajaf merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna /pemahaman terhadap suatu obyek /peristiwa .
Sedangkan kegiatan mngajar merupakan upaya kegiatan menciptakan suasana yang mendorong inisiatif motivasi dan tanggung jawab siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat .
Di bawah ini di sajikan gambar kerucut pengalaman belajar

Yang ingat MODUS
10%.............................................................. ………. Baca
20%................................................................. Dengar
30%.......................................................... Lihat VERBAL
50%..................................................... Lihat & dengar
70%............................................... Katakan
90%......................................... Katakan & lakukan VISUAL
Gambar 1 Kerucut Pengalaman BER BUAT
Dari kerucut pengalaman belajar di ketahui bahwa siswa akan mencapai hasil belajar 10% dari apa yang dibaca ,20 % dari apa yang di dengar , 30 %, dari apa yang di lihat, 50 % ,dari apa yang di lihat dan di dengar ,70 % , dari apa yang di katakan , dan 90 % ,dari apa yang di katakan dan di lakukan .
H al ini menunjukan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah ,maka siswa akan mengingat hanya 20%, karena siswa hanya mendengarkan . Sebaiknya ,jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya ,aka a mereka akan mengingat sebanyak 90% [Sujatmoko dkk2003 .;15 ]
Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan di ciptakan secara alamiah . Belajar akan lebih bermakna jika anak ‘’ mengalami ‘’ sendiri apa yang di pelajarinya , bukan sekedar mengetahuinya . Pendekatan kontektual [Contextual Teacing and learning , CTL ] merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan dengan materi yang di ajar kan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dp miliki dengan penerapan nya dalam kehidupan mereka sehari –hari .
CTL di harapkan menjadikan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa . Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa ‘’ bekerja ‘’ dan ‘’ mengalami ‘’ bukan merupakan transfer pengetahuan guru kepada sis wa . Sebagaimana yang dirumuskan oleh UNESCO tentang ‘’Empat pilar pendidikan ‘’[The four pilars of Education ]’’,dua pilar di antaranya sebagai berikut . [1 ] Belajar mengetahui [Learning to know ]; [2] Belajar melakukan [ Learning to do ] . [Dasim Budimansyah, 2002;4 ]
Ada tujuh komponen utama pembelajaran utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas .Ketujuh komponen utama itu ada konstruktivisme [Constructivisme ],bertanya [Questioning ],menemukan [ inquiri ], masyarakat belajar [Learning community ]Pemodelan [Modeling],refleksi [Reflection] ,dan penilaian sebenarnya [Autentic Assessment] , Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontektual ,jika menerapkan ke tujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya kerakteristik pembelajaran berbasis kontektual meliputi ; [1] kerjasama [2] saling menunjang ,[3] menyenangkan [4] belajar dengan bergairah ,[5] menggunakan sebagai sumber [6] siswa aktif ,[7] sharing dengan teman [ 8] siswa kritis guru kreatif , [9] dinding kelas penuh dengan hasil karya siswa , peta peta ,gambar –ganbar ,artikel, cerita humor dll [10] laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi juga hasil karya siswa , laporan hasil pratikum [Model Strategi Efektif 2005;8 ]
B. Pembelajaran Konperatif [Coperatif Learning ]
Belajar Coperatif adalah pembelajaran yang memakai kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajar nya sendiri dan juga anggota lainnya [ Anitah.2008;37 ]. Manusia memiliki derajad potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain, karena sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk social, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai).Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesame siswa. Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan krtersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuhuntuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusihan. Pengertian senada uang diutarakan Abdurahman dan Bintoro (2000;78) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah antar sesame siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
C. Prinsip Utama Pembelajatan Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu system yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya : (1) saling ketergantungan positif (2) interaksi tatap muka (3) akuntabilitas individual dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan social yang secara sengaja diajarkan (Anitah dkk.2008;37-38).
a. Saling Ketergantungan Positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui : (a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.
b. Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melekukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesame siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervareasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
c. Akuntabilitas Individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan k arena itu tiap anggota kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individu.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif ketrampilan social seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (Interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin husungan antar pribadi tidak hanya peluang untuk meraih sukses bersama. Sedangkan menurut Johnson, model kooperatif learning terdapat lina prinsip dasar terdiri : (1) Menumbuhkan semangat saling ketergantungan, (2) Tnggung jawab individual, (3) bekerja dalam kelompok (group processing), (4) tumbuh kecakapan social dan bekerja sama,(5) terjadi interaksi antar anggota secara ;angsung.
Pembelajaran kooperatif learning model team group tournament dikemas dalam bentuk permainan karena bermain merupakan pemenuhan suatu kebutuhan mendasar bagi anak-anak serta suatu yang sangat menarik (Russel Tyler,1999). Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif learning model team group tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Karekteristik pembelajaran kooperatif learning model team group tournament memunculkan adanya kelompok dan kerja sama dalam belajar, disamping itu terdapat persaingan antar individu dalam kelompok ataupun antar kepompok. Oleh karena itu penerapan pembelajaran kooperatif learning mosel team group tournament diharapkan mampu mengatasi keterbatasan waktu,guru tidak lagi harus secara marathon menjelaskan materi. Kemampuan dan potensi yang di miliki siswa cukup dengan arahan dan bimbingan guru .Pembelajaran K o p e r a t I f L e a r n I n g dengan berbagai model di kembangkan berdasarkan teori belajar KonstruktIvisme [ Contructivisme ]. di pilih karena waktu relatif lebih mudah .

Langkah langkah dalam pembelajaran Kooperatif Learning TGT sebagai berikut :
a. Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan lima orang. Anggota-anggota ke;ompok dibuat heterogen meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan awal, motivasi belajar, jenis kelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda.
b. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah pemberaian data , pemberian contoh . tujuan presentasi adalah untuk mengenalkan konsep mendorong rasa ingin tahu siswa
c. Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tahu tugas tugas kelompok . mereka boleh mengerjakan tugas tugas tersebut secara serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temennya yabg lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut . para siswa tidak hanya dituntut mengisi lembar jawab tetapi juga untuk mempelajari konsep .
d. Siswa memainka pertandingan pertandinhan akademik dalam tournament . pertandingan individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasa siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya
e. Hasil pertandingan sebelumnya dibandingkan dengan rata rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai melebihi kinerja sebelumnya . poin ini selanjutnya dijumlahkan untik membentuk skor kelompok
f. Setelah itu gru memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu mendapat penghargaan
B Penelitian Yang Relevan
1 judul : Implemantasi Model Coorperative Learning dalam pendidikan IPS ditingkat persekolahan , oleh Drs. Arief Achnad MSP, M.Pd , Topik : Model Pembelajaran Tanggal 16 agustus 2005
Hasil Penelitian :
Model pembelajaran Coorperative learning (MPCL) dapat menciptakan iklim dan
suasana PBM siawa yabg aktif dan interaktif , yang tercermin dari pola interaksi yabg tercermin dari pola interksi belajar siswa dalam kelompok , bilamana adanya kemitraan belajar antar guru dan siswa dalam dimensi akademis , sehingga menumbuhkan iklim kebersamaan dan leterbukaan selama berlangsungnya PBM
2 Judul : Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Koorpertiv. Oleh : getskripsi20-09-2008. Kategori Skripsi
Hasil Penelitian : MPCL mempunyai efektivitas yang cukup tinggi untuk membelajarkan materi pendidikan IPS . Keefektifan MPCL dalam membelajarkan pendidikan IPS mempersyaratkan kinerja guru dalam kapasitas sebagai pengembang dam pelaksana kurikulum
C. Kerangaka Berfikir
Secara umum uraian diganbarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :

























Gambar 2. Diagra alir penelitian tindakan kelas
D Hipotesis Tibdakan
Berdasrkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis membuat suatu hipotesis tindakan srbagai berikut : Melalui Pembelajaran Cooperatif Learning Model Team Goup Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas 1 SDN Sambong 02 Kecamatan Batang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar