Jumat, 19 Maret 2010

SRI MURWANI, NIM: 282009050 PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Nama : Sri Murwani

NIM : 282009050

Kelas : C Batang 3

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

B. PENDAHULUAN

SAINS merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga SAINS bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan SAINS diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangannya lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran SAINS sebaiknya dilaksanakan dengan cara pamberian pangalaman belajar secara langsung. Dalam hal ini siswa diarahkan untuk belajar secara inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Pada dasarnya mata pelajaran SAINS dianggap sebagai mata pelajaran yang mudah, karena konsep-konsep materi ajarnya berhubungan dengan alam sekitar. Oleh karena itu, pembelajarannya juga melibatkan lingkungan yang ada di sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan konsep pembelajaran yang alamiah, secara tidak langsung dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, karena siswa cepat menguasai konsep-konsep pada hampir semua materi ajar, seperti yang terjadi pada siswa kelas IV SD Negeri Denasri Wetan 03 Batang. Siswa dapat belajar SAINS dengan megambil contoh-contoh sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagian siswa kelas IV dapat dikatakan berhasil menguasai konsep-konsep dalam mata pelajaran IPA pada semester II ini, karena nilai rata-rata 7,0 dapat diperoleh oleh hampir semua siswa pada setiap materi yang diajarkan. Akan tetapi dengan seringnya siswa memperoleh hasil yang dapat dikatakan sempurna, dapatmembuat siswa meremehkan mata pelajaran SAINS. Mereka menganggap mudah dan menjadi bermalas-malasan dan kurang antusias (bersemangat) ketika pembelajaran SAINS karena sebagian besar siswa menganggap bahwa dirinya sudah bisa. Dengan kondisi tersebut dan jika dibiarkan terlalu lama dikhawatirkan prestasi belajar siswa menurun.

Dengan permasalahan yang terjadi, maka guru harus memberikan motivasi-motivasi sehingga membangkitkan dan meningkatkan kembali minat siswa pada mata pelajaran SAINS di kelas IV. Dalam hal ini guru harus mencari dan menggunakan pendekatan dalam pembelajaran yang efektif, inovatif, dan menyenangkan sehingga siswa tetap tertarik dalam pembelajaran SAINS. Sesuai dengan mata pelajaran SAINS yang bersifat alami, maka guru dapat menggunakan pendekatan konstektual (Contextual Teaching Learning (CTL)).

Pendekatan konstektual (Contextual Teaching Learning (CTL)) merupakan salah suatu pendekatan dalam pembelajaran dengan konsep pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa. Dalam pembelajaran ini, siswa mengalami sendiri, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat meningkatkanmotivasi siswa kelas IV SD Negeri Denasri Wetan 03 Batang pada mata pelajaran SAINS.

C. RUMUSAN DAN RENCANA PEMECAHAN MASALAH

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pokok dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah pendekatan konstektual (Contextual Teaching Learning (CTL)) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Denasri Wetan 03 Batang?

b. Apakah pendekatan konstektual (Contextual Teaching Learning (CTL)) dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa kelas IV SD Negeri Denasri Wetan 03 Batang pada mata pelajaran SAINS?

2. Rencana Pemecahan Masalah

Masalah rendahnya minat siswa pada mata pelajaran SAINS dapat diminimalisir dengan menggunakan suatu pendekatan yang inovatif dalam pembelajaran. Dalam hal ini dapat menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning (CTL)). Dengan pendekatan tersebut dapat membangkitkan dan meningkatkan motivasi, minat, dan sikap siswa dalam mata pelajaran SAINS.

Penerapan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning (CTL)) dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Konstriktivisme (Contructivisme)

Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Menemukan (Inquiry)

Guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya.

3. Bertanya (Questioning)

Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan kegiatan bertanya.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Menciptakan masyarakat belajar dengan pembentukan kelompok-kelompok belajar yang anggotanya heterogen.

5. Pemodelan (Modeling)

Guru menghadirkan model sebagai contoh atau media dalam pembelajaran.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi dilakukan pada akhir pertemuan, misalnya dengan mencatat hal-hal yang telah dipelajari diskusi maupun hasil karya.

7. Autentik Asesmen (Authentic Assessment)

Melakukan authentic assaessment (penilaian sebenarnya) dengan berbagai cara, baik dalam proses maupun hasil sebagai tolok ukur keberhasilan pembelajaran.

Dari langkah-langkah di atas diharapkan siswa dapat termotivasi dan semakin berminat bahkan menyukai mata pelajaran SAINS karena dalam pembelajarannya penuh dengan variasi.

D. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengungkap pendekatan yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN Denasri Wetan 03 Batang pada mata pelajaran SAINS.

b. Mengungkap suatu pendekatan yang dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa kelas IV SDN Denasri Wetan 03 Batang pada mata pelajaran SAINS.

E. MANFAAT

a. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi siswa dalam pembelajaran SAINS sehingga terbentuk lingkungan belajar yang lebih hidup dan bermakna.

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru, yakni dapat memberikan pengalaman dan wawasan bagi guru bahwa dalam pembelajaran, khususnya bagi siswa kelas rendah membutuhkan pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan rasa nyaman dan rasa senang pada siswa, sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa pada pembelajaran SAINS.

F. KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Teori

IPA merupakan mata pelajaran yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kehidupan manusia melalui pemecahan-pemecahan masalah yang dapat diidentifikasi (BNSP, 2006). Oleh karena itu pembelajaran IPA menggunakan konsep pembelajaran yang alamiah.

Dalam pembelajaran IPA diperlukan motivasi, rangsangan dan dorongan yang dapat membangkitkan gairah dan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Hal-hal yang dapat memotivasi siswa dalam belajar antara lain :

1. Anak yakin bahwa apa yang dipelajari akan bermanfaat bagi dirinya.

2. Situasi belajar yang menyenangkan.

Menurut M. Sobry Sutikno, motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Nasution (1992) mengungkapkan pengertian motivasi belajar, yaitu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Sedangkan Nurhayati (1999, dalam Maulana, 2002) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau usaha untuk menciptakan situasi, kondisi, dan aktivitas belajar, karena didorong adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan dalam diri individu untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi ada dua, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu tanpa ada paksaan dari orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi ekstrinsik, adalah jenis motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu atau motivasi yang timbul karena pengaruh dari lingkungan.

Motivasi sangat menentukan hasil belajar siswa, oleh karena untuk membangkitkan kembali minat siswa terhadap mata pelajaran IPA, maka seorang guru harus terlebih dahulu membangkitkan motivasi belajar siswa. Guru harus menumbuhkan kembali semangat belajar siswa dalam belajar dam meminimalisir kejenuhan siswa terhadap mata pelajaran IPA.

Dalam meningkatkan motivasi belajar anak dengan memakai pendekatan pembelajaran yang inovatif dengan sarana dan prasarana belajar yang kondusif. Dalam hal ini guru dapat menyelipkan tantangan dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat tertantang dan mengurangi kebosanan siswa pada mata pelajaran tersebut.

Peningkatan motivasi belajar menggairahkan siswa dalam belajar dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif dan inovatif. Dalam hal ini guru dapat menggunakan pendekatan konstektual (Contextual Teaching Learning (CTL)).

Pendekatan konstektual atau Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2002).

Menurut Dr. Zolazlan Hamidi (2001), kaidah pendekatan konstektual atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah proses pembelajaran yang merangkumkan contoh yang diterbitkan daripada pengalaman harian dalam kehidupan pribadi masyarakat serta profesion dan menyajikan aplikasi hands-on yang konkrit (nyata) tentang bahan yang akan dipelajari.

Pendekatan konstektual memiliki tujuh komponen, antara lain :

1. Konstriktivisme (Contructivisme)

Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Menemukan (Inquiry)

Guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya.

3. Bertanya (Questioning)

Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan kegiatan bertanya.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Menciptakan masyarakat belajar dengan pembentukan kelompok-kelompok belajar yang anggotanya heterogen.

5. Pemodelan (Modeling)

Guru menghadirkan model sebagai contoh atau media dalam pembelajaran.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi dilakukan pada akhir pertemuan, misalnya dengan mencatat hal-hal yang telah dipelajari diskusi maupun hasil karya.

7. Autentik Asesmen (Authentic Assessment)

Melakukan authentic assaessment (penilaian sebenarnya) dengan berbagai cara, baik dalam proses maupun hasil sebagai tolok ukur keberhasilan pembelajaran.

Pembelajaran dengan pendekatan konstektual bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari suatu konteks ke konstek lain (Suara Merdeka, 16 Februari 2004).

Pendekatan konstektual sangat cocok digunakan dalam mata pelajaran SAINS karena dalam hal ini kaidah konstektual lebih bertumpu pada usaha guru sebagai pembimbing (fasilitator) yang membimbing siswa ke arah pembentukan daya pikir siswa melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang bersifat alamiah yang bersumber dari pengalaman siswa. Dengan pengalaman siswa yang tumbuh dari lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar merupakan material yang sangat berharga, dan dapat dikembangkan dalam pembelajaran. Dengan kegiatan pendekatan konstektual tersebut, diharapkan dapat mengurangi raa jenuh siswa terhadap mata pelajaran SAINS. Dengan kurangnya atau bahkan hilangnya rasa jenuh siswa terhadap mata pelajaran SAINS maka dapat membangkitkan kembali minat siswa terhadap pembelajaran SAINS.

2. Hipotesis Tindakan

Dengan pendekatan konstektual atau Contextual Teaching Learning (CTL), diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN Denasri Wetan 03 Batang pada mata pelajaran SAINS.

G. METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (clasroom-based action research) dengan peningkatan pada unsure desain untuk memungkinkan diperolehnya gambaran keefektifan tindakan yang dilakukan.

a. Perencanaan Awal

Guru (peneliti) merencanakan kegiatan penelitian tindakan kelas dengan menentukan kegiatan serta pendekatan yang akan dilaksanakan. Pada perencanaan awal ini, guru mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas serta menentukan suatu penyelesaiannya dengan menggunakan metode pembelajaran, model pembelajaran, maupun pendekatan pembelajaran tertentu.

b. Perencanaan Tindakan

Guru (peneliti) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dan acuan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Guru (peneliti) membuat jadwal perencanaan penelitian tindakan kelas, dan mempersiapkan alat peraga atau media yang diperlukan dalam penelitian.

c. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penelitian dilaksanakan oleh guru kelas dan dapat bekerja sama dengan guru lain yang terbentuk dalam satu tim agar hasilnya lebih maksimal.

d. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan/pengambilan data untuk mengetahui seberapa jauh efek tindakan. Observasi dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.

e. Refleksi

Guru (peneliti) mengadakan refleksi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa terhadap penelitian yang telah dilaksanakan sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN Denasri Wetan 03 Batang.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Denasri Wetan 03 Batang, berjumlah 24 siswa untuk semester 2 tahun 2009/2010.

4. Data dan Sumber Data

Jenis data dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dapat berupa peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan penelitian tindakan. Data kuantitatif menerangkan minat siswa dalam belajar, suasana kelas, dan aktivitas siswa.

Sumber data dapat diperoleh dari guru, siswa, dan dokumen.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data dapat diperoleh dari lembar observasi yang berupa check list dan skala penilaian.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif.

7. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan tercapai jika siswa memperoleh nilai > 7 untuk aktivitas siswa.

Daftar Pustaka

Depdiknas, 2002. Pendekatan Konstektual (Contextual Teaching Learning (CTL)).

Jakarta: Depdiknas.

Aqib, Zainal, 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

Mastur, Zainuri, 2004. Motivasi Pembelajaran Lingkungan, (Online), (http://www.suaramerdeka.com, diakses 6 Nopember 2007).

Depdiknas, 2007. Motivasi Belajar Kuat, Prestasi Meningkat, Meningkatan Motivasi Belajar Anak/Siswa. Artikel Les Privat FSQ, (Online), (http://lesprivatfsq.blogspot.com, diakses 24 Oktober 2007).

Sutikno, M. Sobry, 2007. Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa, (Online), (http://www.bruderfic.or.id, diakses 22 Nopember 2007)

Portal Dunia Guru, 2007. Penggunaan Metafora dalam Pembelajaran IPA, (Online), (http://www.duniaguru.com, diakses 22 Nopember 2007).

Hamidi, Zolazlan, 2001. P&P Konstektual Sains dan Matematik, (Online), (http://www.tutor.com.my, diakses 22 Nopember 2007).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar