Minggu, 21 Maret 2010

TAATININGSIH, NIM: 282009048, TUGAS PTK

Mata Kuliah : Penelitian dan Inovasi Kurikulum

Nama : TAATININGSIH

NIM : 282009048

Kelas : C / Batang 3

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar belakang

Perkembangan jaman dan kemajuan teknologi yang sangat pesat, menuntut agar dunia pendidikan juga berkembang. Melihat itu semua maka dunia pendidikan harus bermutu. Mutunya suatu pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan itu sendiri. Tujuan pendidikan dapat tercapai apabila komponen-komponen pendidikan dapat berjalan dengan selaras. Namun pada kenyataannya dalam pendidikan terutama saat kegiatan pembelajaran di sekolah masih terdapat berbagai permasalahan. Penyebab dari permasalahan dapat dari guru, siswa, serta dari faktor lain. Untuk itu penulis berusaha menyikapi agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan maksimal dan hasilnya dapat mengimbangi kemajuan teknologi dan kehidupan sehari-hari.

Menyikapi hal ini pemerintah berupaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan berbagai cara, antara lain dengan menyempurnakan sistem pendidikan nasional sebagaimana telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Sebaik apapun sistem pendidikan nasional tingkat keberhasialnnya ditentukan oleh implementasi di lapangan. Upaya yang paling stretegis untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui pembelajaran yang efektif dan efisien.

Dalam proses pembelajaran dapat dinyatakan berhasil apabila materi pelajaran dapat dikuasai oleh siswa dan hasil evaluasi minimal telah mencapai 75% dari jumlah siswa peserta KBM tersebut telah mampu menguasai materi sesuai KKM yang telah ditentukan oleh suatu satuan pendidikan.

Dalam laporan ini penulis mengangkat permasalahan tentang topik mengubah pecahan biasa ke pecahan desimal pada pembelajaran matematika kelas V semester 2 di SD Negeri Denasri Wetan 02 Kecamatan Batang Kabupaten Batang. Dari jumlah siswa 25 yang telah mencapai KKM baru 7 siswa (28%) dan yang belum mencapai masih 18 siswa (72%). Berdasarkan hasil pembelajaran di atas jelas bisa dinyatakan bahwa proses belajar mengajar belum berhasil. Untuk mengetahui kekurang-berhasilan KBM, penulis mencoba melakukan refleksi dalam rangka menjawab faktor-faktor penyebab tersebut. Berbagai kemungkinan penyebab tersebut antara lain :

a. Bagaimana peranan siswa dalam KBM?

b. Apakah guru dalam menyampaikan materi terlalu cepat?

c. Apakah guru dalam penggunaan alat peraga kurang optimal?

d. Bagaimana partisipasi siswa dalam diskusi?

e. Bagaimana antusias siswa dalam diskusi?

Dari berbagai pertanyaan yang memungkinkan kekurang-berhasilan dalam proses belajar mengajar, penulis dapat menyampaikan jawaban sebagai berikut :

a. Siswa dalam KBM kurang aktif dan konsentrasi.

b. Guru dalam penyampaian materi terlalu cepat.

c. Guru dalam penggunaan alat peraga kurang optimal.

d. Dalam diskusi masih banyak siswa yang pasif, yaitu ketergantungan pada siswa yang pintar.

Dengan begitu dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran matematika tentang topik tentang mengubah pecahan biasa ke pecahan desimal pada pembelajaran matematika kelas V semester 2 belum berjalan dengan efektif. Belum efektifnya KBM tersebut disebabkan oleh guru kurang mengkondisikan siswa, guru dalam menyampaikan materi terlalu cepat, dan penggunaan alat peraga kurang optimal.

Dari berbagai kemungkinan penyebab permasalahan di atas, maka dalam pembelajaran konsep mengubah pecahan biasa ke pecahan desimal pendekatan tutor sebaya supaya lebih dioptimalkan.

  1. Rumusan Masalah

Berdasarkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) penulis mengangkat rumusan masalah sebagai berikut :

1.Apakah dengan penerapan pendekatan Tutor Sebaya dapat meningkatkan aktivitas siswa belajar siswa kelas V SDN Denasri Wetan 02 Kec. Batang Kab Batang dalam mengubah pecahan biasa kebentuk desimal?

2.Apakah dengan penerapan pendekatan Tutor Sebaya dapat meningkatkan kemampuan guru mengajar?

3.Apakah dengan penerapan pendekatan Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar?

  1. Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas di SD Negeri Denasri Wetan 02 Kecamatan Batang Kabupaten Batang bertujuan untuk :

1.Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mengubah pecahan biasa ke bentuk desimal dengan pendekatan Tutor Sebaya

2.Meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran mengubah pecahan biasa ke bentuk desimal dengan pendekatan Tutor Sebaya

3.Meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengubah pecahan biasa kebentuk desimal dengan pendekatan Tutor Sebaya

  1. Manfaat Penelitian

Selesainya pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak yang terkait dengan pendidikan.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan landasan dalam pembelajaran model pendekatan tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

1) Dapat dijadikan sebagai bahan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga dapat mengubah perolehan peringkat prestasi belajar yang lebih baik.

2) Pembelajaran akan lebih menarik dan tidak membosankan bagi siswa.

3) Meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.

4) Dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

b. Bagi guru

1) Bagi guru dapat mengembangkan kemampuan merencanakan metode atau strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi ajar dan kebutuhan siswa.

2) Guru memperoleh pengalaman sehingga dapat memperluas wawasan tentang model-model pembelajaran inovatif.

3) Guru dapat menerapkan beberapa model pembelajaran salah satunya mode pembelajaran dengan pendekatan tutor sebaya.

4) Membantu guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengajar agar lebih profesional.

c. Bagi sekolah

Memberikan perkembangan demi proses perbaikan pembelajaran terutama model pendekatan tutor sebaya untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1 . Pengertian belajar

Menurut Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology (Suryabrata, 2004 : 231) menyatakan bahwa “learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. Artinya belajar adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.

Pernyataan senada juga diutarakan oleh Morgan, dia menyatakan di dalam buku Introduction of Psychology (Purwanto, 2007 : 84) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Gagne dan Berliner menyatakan belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan karena pengalaman, gagne menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan (Anni, 2006 : 2).

Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi karena didahului oleh proses pengalaman dan perubahan tersebut bersifat relatif permanen.

2. Hasil belajar

Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, umumnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru (Depdiknas, 2005 : 895).

Menurut Anni (2006 : 5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Sedangkan pengertian hasil belajar menurut Sukmadinata (2007 : 102-103) adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan piotensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat penguasaan terhadap suatu hal setelah mengalami proses dan aktifitas belajar dan dinyatakan dengan nilai yang meliputi keterampilan, pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dapat diukur berupa penguasaan ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai hasil dari kegiatan proses belajar mengajar.

Hasil belajar siswa dideskripsikan dengan kriteria ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya : input peserta didik, kompleksitas masing-masing kompetensi dasar setiap mata pelajaran dan daya dukung (Depdikbud, 2007 : 11). Berdasarkan pertimbangan tersebut ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 65% dan ketuntasan belajar klasikal adalah 75%.

3. Pembelajaran matematika di sekolah dasar

Menurut Gagne, Brings, dan Wager (Winataputra, 2008 : 19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada siswa. Sedangkan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 butir 20 (Winataputra, 2008 : 20) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2006 : 1).

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini dan pembelajaran yang membuat siswa belajar dan menjadi bermakna.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan di sekolah, pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang dirancang untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika sekolah. Dari pengertian tersebut jelas kiranya bahwa unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut pembelajaran, siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar dan matematika sekolah dasar sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.

Diberikannya mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Memahami konsep matematika menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, menyelesaikan masalah dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (BSNP, 2006 : 66-67).

4. Model pembelajaran pendekatan tutor sebaya

Model pembelajaran pendekatan tutor sebaya merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pendekatan tutor sebaya, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2002 : 30-34) ada lima unsur yang harus diterapkan dalam model pendekatan tutor sebaya, kelima unsur tersebut adalah sebagai berikut :

a. Saling ketergantungan positif

Saling ketergantungan positif berarti keberhasilan kelompok ditentukan oleh usaha belajar setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

b. Tanggungjawab perorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pendekatan tutor sebaya, setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Guru yang efektif dalam model pendekatan tutor sebaya membiat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggungjawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

c. Tata muka

Tatap muka berarti memberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisis kekurangan masing-masing.

d. Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan kemampuan mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

e. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi kelompok berarti siswa dalam satu kelompok bersama-sama mengevaluasi proses belajar kelompok. Format evaluasi dapat bermacam-macm, tergantung pada tingkat pendidikan siswa. Hal-hal yang perlu dievaluasi misalnya kerjasama, partisipasi setiap anggota, komunikasi antar anggota, dan lain sebagainya. Hal ini akan mendorong setiap kelompok untuk meningkatkan efektifitas belajar kelompoknya.

Model pendekatan tutor sebaya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajarnya.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3) Bilamana mungkin, anggota kelompok juga berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda.

4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu. (Ibrahim, 2000 : 6-7)

Tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran Tutor Sebaya adalah :

a. Hasil belajar akademik

Pembelajaran pendekatan tutor sebaya bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Pembelajaran pendekatan tutor sebaya memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Pembelajaran pendekatan tutor sebaya untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi (Ibrahim, 200 : 7-9). Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain adalah berbagi tugas, aktif bertanya, saling bekerjasama, menjelaskan ide atau pendapat, mengemukakan pendapat dan sebagainya.

Terdapat enam langkah utama dalam pendekatan tutor sebaya yaitu sebagai berikut :

Tabel 1 : Langkah-langkah Model Pendekatan Tutor Sebaya

Langkah

Kegiatan Guru

Langkah 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Langkah 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi pada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Langkah 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Langkah 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Langkah 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Langkah 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

(Ibrahim, 2000 : 10)

Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Langkah ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama. Langkah terakhir pembelajaran pendekatan tutor sebaya meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah dipelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha maupun individu (Ibrahim, 2000 : 11).

5. Pembelajaran dengan pendekatan tutor sebaya

a. Pilihlah siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

b. Berikan tugas khusus untuk membantu siswa dalam bidang tertentu.

c. Guru selalu memantau proses saling membantu tersebut.

d. Berikan pengetahuan kepada kedua belah pihak agar baik siswa yang membantu maupun yang dibantu merasa senang.

  1. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap model pendekatan tutor sebaya dalam meningkatkan hasil belajar matematika, adapun hasil penelitian tersebut antara lain sebagai berikut :

Rizana, Dani.2007 penerapa pembelajaran Pendekatan Tutor sebaya menggunakan Media LKS dan Alat Peraga untuk meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Kelas V SDN Sawangan Alian Kebumen pada materi Luas Daerah Bangun Datar.Skripsi jurusan Matematika FMIPA Unnes Hasil siklus I mendapat nilai > 65 ada 16 siswa (53,33 %) dan ada evaluasi siklusII yang mendapatkan 65 ada 23 siswa (76,67%).Hasil yang dicapai pada akhir siklus I ke siklus II adanya peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu,pada siklus I siswa yang aktif dalam proses pembelajaran mencapai 76,65 % dan pada siklus II siswa yang aktif dalam proses pembelajaran mencapai 81,92 %.Hal ini menunjukan adanya peningkatan belajar matematika siswa dengan diterapkannya

Latifah, Umy.2008 Penerapan Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Peserta Didik Kelas VI SDN Bondansari Wiradesa Pekalongan pada Materi Pokok Keliling dan Luas Lingkaran..Skripsi .Jurusan Matematika FMIPA Unnes.Setelah dilakukan penelitian dalam 3 siklus,hasil penelitian dari 29 peserta didik yang tuntas dengan nilai >70 pada siklus I mencapai 68,97 %,siklus II 55,17 %,dan siklus III 73,31 % .dengan demikian setelah dilakukan 3 siklus penelitian tindakan kelas ini telah berhasil dengan terpenuhinya indicator-indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya.

  1. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran baik guru maupu siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu model-model pendekatan tutor sebaya sebagai sarana untuk mendorong aktifitas siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar. Salah satu diantaranya adalah model pendekatan tutor sebaya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan tutor sebaya yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain.

Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode ini melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, mengembangkan pengetahuan secara mandiri, sikap dan keterampilannya. Selain itu kompoten-komponen yang terstruktur dalam metode ini memungkinkan terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk belajar sehingga dapat meningkatkan aktifitas dalam memecahkan masalah, memberikan motivasi siswa dalam belajar, bekerjasama dengan teman secara efektif, berinteraksi dengn guru sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Hal ini akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa yang lebih baik.

  1. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian pada kerangka teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan pembelajaran pendekatan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada kompetensi mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri Denasri Wetan 02 Kecamatan Batang Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2009/2010

BAB III

METODE PENELITIAN

  1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Denasri Wetan 02 Kecamatan Batang Kabupaten Batang

Subyek penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah siswa kelas V semester 2 SD Negeri Denasri Wetan 02 Kecamatan Batang Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2009/2010. Jumlah siswa di kelas V ada 25 siswa terdiri dari 15 siswa putra dan 10 siswa putri.

  1. Variabel yang Akan Diteliti

Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa mengubah pecahan biasa menjadi bentuk pecahan desimal sebagai variable terikat. Sedangkan model atau pendekatan tutor sebaya merupakan variable bebas.

  1. Rencana Tindakan

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2007 : 3). Dalam penelitian ini langkah-langkah penelitian yang dilaksanakan mengacu pada model Kemmis dan Taggart (Aqib, 2006 : 22). Setiap putaran atau siklus tindakan meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

1. Perencanaan

Perencanaan awal, peneliti dan guru mitra bersama-sama menelaah terhadap mata pelajaran matematika di kelas V, kemudian peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi mengubah pecahan biasa ke bentuk desimal dengan indikator : (1) penjumlahan pecahan berpenyebut sama, (2) mengubah pecahan campuran ke bentuk desimal.

Peneliti merencanakan tindakan dalam 2 siklus. Setiap pertemuan pembelajaran menggunakan model pendekatan tutor sebaya.

2. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dengan mengimplementasikan dari perencanaan yang telah dipersiapkan, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan :

a. Perencanaan siklus I

1) Perencanaan tindakan siklus I

a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

b) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS)

c) Menyiapkan blangko observasi

d) Menyiapkan lembar soal evaluasi

2) Pelaksanaan tindakan siklus I

a) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat

b) Siswa diberi soal dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS)

c) Setiap siswa mengerjakan tugas tersebut sendiri

d) Siswa berkelompok dan berdiskusi dengan kelompoknya

e) Guru membimbing siswa dalam berdikusi

f) Setiap kelompok mempresntasikan hasil diskusinya

g) Pembahasan lembar kerja siswa (LKS)

h) Guru dan siswa membuat kesimpulan tentang materi

i) Guru memberikan evaluasi

3) Observasi tindakan siklus I

Pengamatan dilakukan terhadap aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Disamping itu juga melakukan pengamatan terhadap guru yang menerapkan pembelajaran pendekatan tutor sebaya.

4) Refleksi tindakan siklus I

a) Mencatat hasil observasi

b) Mengevaluasi hasil observasi

c) Menganalisis hasil pembelajaran

d) Memperbaiki kelemahan untuk siklus berikutnya

b. Perencanaan siklus II

1) Perencanaan tindakan siklus II

a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

b) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS)

c) Menyiapkan blangko observasi

d) Menyiapkan lembar soal evaluasi

2) Pelaksanaan tindakan siklus II

a) Guru membagi siswa dalam kelompok (1 kelompok 5 siswa) yang dipandu oleh satu tutor sebaya

b) Siswa diberi soal dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS)

c) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri

d) Siswa berkelompok dan berdiskusi dengan tutor sebaya.

e) Guru membimbing siswa dalam berdiskusi dengan tutor sebaya

f) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya

g) Pembahasan lembar kerja siswa (LKS)

h) Guru dan siswa membuat kesimpulan tentang materi

i) Guru memberikan evaluasi

3) Observasi tindakan siklus II

Pengamatan dilakukan terhadap keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Disamping itu juga melakukan pengamatan terhadap guru yang menerapkan pembelajaran pendekatan tutor sebaya.

4) Refleksi tindakan siklus II

a) Mencatat hasil observasi

b) Mengevaluasi hasil observasi

c) Menganalisis hasil pembelajaran

  1. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data kualitatif diambil melalui observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data kuantitatif diambil melalui tes.

a. Metode observasi

Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2002 : 133).

Metode observasi dalam penelitian ini berisi catatan yang menggambarkan bagaimana aktifitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pendekatan tutor sebaya. Observasi juga dilakukan kepada guru yang sedang mengajar matematika dengan pendekatan tutor sebaya melalui lembar pengamatan.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan lapangan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002 : 206).

Studi dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa LKS dan daftar nilai siswa. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan kelompok siswa dan menggmabrakn suasana kelas ketika aktifitas belajar berlangsung digunajan dokumentasi foto.

c. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2002 : 127). Tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau hasil belajar. Tes diberikan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa. Tes ini dilaksanakan pada saat proses pembelajaran melalui LKS dan tes akhir pembelajaran pada siklus I dan siklus II.

. d. Catatan lapangan

Catatan lapangan berisi catatan guru selama proses pembelajaran berlangsung apabila ada permasalahan-permasalahan yang muncul yang tidak diharapkan oleh guru. Catatan lapangan ini berguna untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi dan sebagai masuan guru dalam melakukan refleksi.

E. Insdikator Kinerja

Komponen-komponen yang menjadi indikator tercapainya peningkatan prestasi belajar siswa pada penelitian ini adalah :

1. Aktifitas siswa minimal baik dalam lembar observasi.

2. Keberhasilan penelitian tindakan kelas (PTK) ini 75 % siswa telah mencapai standar ketuntasan belajar minimal dengan nilai 65.

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk menggambarkan aktifitas guru dalam mengajar dan aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis pencapaian prestasi belajar siswa. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif untuk setiap siklus.

Adapun penyajian data kuantitatif yang berupa hasil belajar kognitif dianalisis dengan menentukan mean dan rata-rata. Penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk persentase. Adapun rumus persentase tersebut adalah sebagai berikut :

P =

Keterangan :

P = Persentase

ån = Jumlah frekuensi yang muncul

N = Jumlah total siswa

Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas sebagai berikut :

Tabel 2 : Kriteria Ketuntasan Belajar

Kriteria Kemampuan

Kualifikasi

≥ 65

Tuntas

< 65

Tidak Tuntas

Data kualitatif dianalisis dengan dilakukan proses koding untuk mengorganisir data. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria penilaian kualitatif yang dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang sebagai berikut :

Tabel 3 : Kriteria Penilaian Kualitatif

Kriteria

Kategori

86 % - 100 %

Baik Sekali

76 % - 85 %

Baik

56 % - 75 %

Cukup

0 % - 55 %

Kurang

(Depdikbud, 2007 : 11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar