Senin, 22 Maret 2010

SULASTRI 282009047 TUGAS PTK

NAMA : SULASTRI

NIM : 282009047

KELAS : C / BATANG 3

TUGAS MATA KULIAH : PTK

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan materi matematika yang kuat sejak dini, namun kenyataannya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak disukai oleh siswa. Matematika dianggap sulit dan banyak rumus-rumus yang harus dihafalkan, juga banyak hitungan yang rumit. Hanya sebagian kecil siswa yang menyenangi pelajaran matematika. Konsep mengurutkan bilangan merupakan konsep dasar yang harus dikuasai siswa sejak kelas I SD, dengan menguasai dan memahami konsep mengurutkan bilangan dapat membantu siswa menyelesaikan soal-soal yang lebih rumit. Agar siswa dapat memahami konsep mengurutkan bilangan, maka diusahakan siswa mengetahui dan paham betul akan nilai tempat suatu bilangan.

Kenyataan masih banyak ketidakberhasilan siswa dalam belajar karena tidak mempunyai kemampuan dasar hitung yang baik. Pembelajaran kurang menarik minat siswa sehingga banyak yang tidak dapat memahami kosep yang diajarkan guru. Hal ini sebagai bukti masih banyak yang megalami kesulitan berhitung. Penggunaan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan sebagai media pembelajaran sangat membantu suksesnya pembelajaran matematika, sehingga siswa dengan mudah memahami dn mengingat pelajaran yang diberikan guru. Akhirnya siswa dapat aktif, kreatif, dan termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang mengurutkan bilangan cacah dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori dari Jean Piaget bahwa anak kelas I masih dalam tahap pra Operasional juga sesuai dengan pendapat John Dewey dan Herbert Thelan yang menyatakan bahwa untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif. Penguasaan materi pelajaran oleh siswa merupakan indikator bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai. Tingkat penguasaan materi oleh siswa biasanya dinyatakan dengan nilai. Berdasarkan nilai ulangan, nilai pelajaran matematika materi mengurutkan bilangan kelas I SDN Denasri Wetan 02 Kecamatan Batang Kabupaten Batang, dari 33 siswa yang mendapat nilai 75 keatas hanya 14 siswa (43%), sedangkan 19 siswa (57%) mendapat nilai kurang dari 75. dari perolehan nialai tersebut menunjukkan bahwa penguasaan materi belum tuntas. Untuk meningkatkan penguasaan materi tersebut, maka peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan amatan peneliti dengan dibantu teman sejawat bersama-sama mengidentifikasi masalah terhadap kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran matematika. Dari identifikasi terungkap hal-hal sebagai berikut:

1. Siswa tidak mau bertanya dan pasif dalam pembelajaran

2. Belum paham atau dikuasainya konsep matematika oleh siswa kelas I secara baik, karena sebagai kelas awal di SD.

3. Kemampuan guru dalam memanfaatkan media/ alat peraga dalam penyampaian materi pelajaran masih kurang.

4. Guru belum dapat memilih dn menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan meningkatkan hasil belajar siswa.

5. Hasi belajar matematika khususnya mengurutkan bilangan masih rendah.

Dengan kenyataan seperti di atas perlu adanya upaya pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif, dan memotivasi siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang ada, maka peneliti memilih pendekatan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan, agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil judul “Peningkatan hasil belajar dalam mengurutkan blangan melalui kerja kelompok dan permainan kartu bilangan pada siswa kelas I SD Negeri Denasri Wetan 02 Kecamatan Batang kabupaten Batang.”

B. Perumusan Masalah

a. Rumusan Masalah

Untuk membatasi luasnya permasalahan maka ditetapkan fokus penelitian sebagai berikut :

1. Apakah kerja kelompok dan permainan kartu bilangan dapat meningkatkan keaktian siswa dalam pembelajaran matematika?

2. Apakah kemampuan guru dalam penggunaan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan dapat meningkat dalam proses pembeajaran?

3. Apakah hasil belajar matematika siswa kelas I SDN Denasri Wetan 02 dapat meningkat dengan dengan penggunaan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan?

b. Pemecahan Masalah

Tindakan untuk memecahkan masalahnya adalah

1. Dengan menggunakan pendekatan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan pada materi mengurutkan bilangan dapat meningkatkan keaktifan siswa.

2. Meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan secara maksimal.

3. Meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pokok mengurutkan bilangan.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Meningkatkan aktivititas belajar siswa kelas I SDN Denasri Wetan 02 Batang pada mata pelajaran matematika khususnya materi pokok mengurutkan bilangan.

2. Menerapkan cara yang efektif bagi guru dalam pembelajaran matematika untuk memaksimalkan kemampuan guru.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SDN Denasri Wetan 02 Batang dalam mata pelajaran matematika khususnya materi pokok mengurutkan bilangan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi peniliti sendiri, dapat dijadikan bekal untuk dapat ditularkan kepada rekan guru SD yang lain sebagai pengetahuan yang dapat bermanfaat nantinya.

2. Bagi siswa SDN Denasri Wetan 02 Batang

w Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, khususnya pada materi mengurutkan bilangan.

w Meningkatkan hasil belajar siswa kelas I dalam mata pelajaran matematika.

w Memberdayakan kerja kelaompok dan permainan kartu bilangan untuk dapat dikembangkan dan diterapkan pada siswa di kelas – kelas lain.

3. Bagi guru SDN Denasri Wetan 02 Batang

w Melaksanakan inovasi model pembelajaran matematika dari dan oleh guru yang menitikberatkan pada penerapan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan.

w Membantu guru berkembang secara profesional.

w Sumbangan pemikiran dan pengabdian guru dalam turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui profeesi yang ditekuninya.

4. Bagi pihak SDN Denasri Wetan 02 Batang

w Memiliki panduan pembelajaran dengan pendekatan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan yang diharapkan dapat dipakai di kelas – kelas lainnya di SDN Denasri Wetan 02 Batang.

w Mengurangi banyaknya siswa yang tidak dapat mencapai kompetensi pada pelajaran matematika.

w Peningkatan kualitas pembelajaran dan meningkatkan peringkat SDN Denasri Wetan 02 Batang.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik Oemar : 2001). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses yaitu suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa. Menurut Skinner (dalam Ratna Wilis Dahar, 1996 : 24) belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responnya akan menurun. Gagne (dalam Nyimas Aisyah, 2007 : 54) berpendapat belajar sebagai seperangkat proses kognitif yang mengubah stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapasitas baru, menurutnya belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia mengubah tingkah laku secara permanen, sehingga perubahan yang sama tidak akan terjadi pada keadaan yang baru.

Belajar menurut peneliti adalah segala usaha yang diberikan oleh guru agar mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran matematika.

B. Pengertian Hasil Belajar

Prestasi belajar berasal dari kata “Hasil” dan “Belajar”. Hasil adalah sesuatu yang telah dicapai (Depdikbud, 1995 : 78) sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (Depdikbud, 1995 : 14). Jadi prestasi belajar penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi menurut peneliti adalah milai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.

C. Pengertian Matematika

WW Swayer dalam The Liang Gie (1993 : 28), matematika adalah penggolongan dan penelaahan sebagai semua pola yang mungkin, pola disini dipakai suatu cara yang tidak semua orang dapat menyetujuinya, dapat dikatakan matematika adalah alat piker, bahasa ilmu, tata cara pengetahuan dan penyimpulan deduktif. Bahkan ada ahli matematika yang mengatakan matematika itu seni. Freudental mengatakan bahwa matematika sebagi aktivitas manusia. Menurut GD Fitch dalam The Liang Gie (1993 ; 76) matematika murni adalah suatu kumpulan teori – teori deduktif hipotesis, masing – masing tak diterangkan atau simbol-simbol dan patokan piker tak dibuktikan tetapi ajeg (umumnya disebut aksioma-aksioma) bersama dengan akibat-akibat yang dapat diturunkan secara logis mengikuti proses deduktif yang tegar tanpa bantuan ilmiah. Matematika mengkaji obyek abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sisten aksiomatik dengan menggunakan symbol atau lambang dan penalaran deduktif. (Sutawijaya, 1997 : 176) . Hudoyo (1990 : 3) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide (gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Hubungan antara konseptual dan procedural sangat penting, pengetahuan konseptual mengacu pada pemahaman konsep, sedangkan pengetahuan procedural mengacu pada keterampilan melakukan suatu algoritma atau prosedur menyelesaikan soal-soal matematika. Menurut Sutawijaya (1997 : 177), memahami bahwa konsep saja tidak cukup, karena dalam praktek kehidupan sehari-hari siswa memerlukan keterampilan matematika.

Pelajaran matematika SD merupakan pelajaran yang utama, terutama di SD kelas rendah (kelas I dan II). Hal ini jelas karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwa matematika khususnya dalam dasar berhitung bilangan merupakan dasar sebelum mempelajari kompetensi-kompetensi dasar lainnya.

D. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Agus, S. 2009 : 46).

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk kyang lebih dipimpin atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsepyang sulit jika mereka saling membantu memecahkan masalah yang kompleks. Jadi hakekat social dan penggunaan kelompok sejawat aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif berpikir dalam kegiatan belajar. Selama bekerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan social. Untuk mencapai hasil belajar itu pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interpendensi siswa dalam sruktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerja sama aatau kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.

a. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak, 1996 : 279). Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka sisw akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama yang sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran bersama siswa lain dengan siapa mereka kerjasama mencapai tujuan tersebut. Tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan keragaman, dan pengembangan keterampilan social (Ibrahim, dkk. 2007 : 7)

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas keragaman ras, budaya, agama, strata social, kemampuan, dan ketidakmampuan (Ibrahim, dkk. 2007 : 9). Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

b. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John Dewey dan Herbert Thelan (dalam Ibrahim, 2000) yang menyatakan pendidikan dlam masyarakat yang demokratis seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung. Tingkah laku kooperatif dipandang oleh Dewey dan Thelan sebagai dasar demokratis, dan sekolah dipandang sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku demokrasi. Proses demokrasi dan peran aktif merupakan ciri yang khas dari lingkungan pembelajaran kooperatif.

E. Pengertian Kerja Kelompok

Kerja kelompok adalah cara mengajar dengan membentuk kelompok kerja dari kumpulan beberapa siswa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Semua bekerja sama, terdapat hubungan timbale balik antara individu serta saling percaya mempercayai. Atas dasar pengertian tersebut siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Kerja kelompok dapat dipakai mengajar untuk mencapai bermacam – macam tujuan.

Kerja kelompok tepat dilakukan apabila :

1. Kelas memiliki alat atau sarana pendidikan terbatas

2. terdapat perbedaan kemampuan individual siswa dalam belajar. Dalam hal ini siswa yang kurang pandai dapat bekerja sama dengan yang lebih pandai juga dalam minat belajar.

3. jika terdapat unit pelajaran perlu diselesaikan dalam waktu yang lebih tepat untuk diperinci sehingga kelas dapat dibagi menjadi beberapa kelompok.

4. untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memcahkan masalah.

Kebaikan Kerja Kelompok :

· dapat meningkatkan kualitas kepribadian siwa dalam hal kerja sama saling menghargai pendapat, toleransi, berpikir kritis dan sebagainya.

· Menumbuhkan semangat persaingan yang positif dan kontruktif, karena dalam kelompoknya masing-masing siswa lebih giat dan sungguh-sungguh bekerja.

· Memupuk rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi, sebab siswa yang pandai dalam kelompok membantu siswa yang kuran pandai terutama dalam rangka mempertahankan “nama baik” kelompoknya.

Kelemahan Kerja Kelompok

§ Memerlukan persiapan yang agak rumit

§ Jika terjadi persaingan negatif baik antar individu dalam kelompok atau antar kelompok maka hasilnya lebih buruk

§ Jika terdapat siswa pemalas atau yang ingin berkuasa dalam kelompok, besar kemungkinan mempengaruhi peranan kelompok sehingga usaha kelompok tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Langkah – langkah kerja kelompok supaya efektif :

v Rumuskan tujuan yang hendak dicapai

v Jelaskan tugas dan kewajiban siswa dalam kelompoknya masing – masing

v Siapkan bahan – bahan yang sesuai dengan pembelajaran dan waktu yang tersedia

v Usahakan agar jumlah anggota masing – masing kelompok tidak terlalu besar

v Pembentukan kerja kelompok hendaknya dilakukan secara demokratis dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan siswa

v Komposisi anggota setiap kelompok sedapat mungkin seimbang dan merata baik perbandingan kemampuan, jenis kelamin, minat agama dan bakat.

Menilai serta menyimpulkan hasil – hasil yang dicapai oleh masing – masing kelompok siswa secara keseluruhan

a. Permainan Kartu Bilangan

Adalah suatu permainan yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dimana siswa melakukan permainan untuk mencari serta menemukan sendiri suatu pengertian atau konsep tertentu. Di sini siswa melakukan kegiatan permainan dalam proses belajar mengajar yang dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Situasi belajar dimanipulasi dlam bentuk permainan sehingga siswa bermain sambil belajar untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Hal ini untuk menghindari kejenuhan siswa dalam belajar terutama siswa kelas I yang masih dalam tahap bermainnya tinggi .

Kebaikan Permainan (Djamarah Saiful, dkk. 2002) adalah :

· Memberi kesempatan pada siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran

· Melatih keberanian dalam melakukan adegan di depan kelas

· Berpikir kritis, kreatif dan sistematis

· Suasana kelas menjadi hidup.

Kelemahan Permainan adalah :

§ Membutuhkan kecermatan

§ Membutuhkan waktu yang lama

§ Guru yang kurang kreatif akan kehabisan bahan pembelajaran

§ Jika permainan kartu gagal guru tidak bisa mengulang

§ Adakalanya siswa tidak mau memerankan permainan kartu bilangan

b. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika di sekolah dasar sebagai bagian dari system pendidikan nasional, menurut kurikulum 2006, bertujuan antara lain agar siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, sehingga terdapat terdapat keserasian antara pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pembelajaran yang menekankan pada keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan. Hal ini mengisyaratkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar juga bertujuan melatih siswa memecahkan masalah yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran matematika siswa kelas I kurang berminat dengan terbukti kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika. Sedangkan dari factor guru adalah guru dalam mengajar masih secara konvensional tanpa menggunakan media atau alat peraga, guru kurang menggunakan cara yang efektif agar pembelajaran bervariasi. Hal ini berdampak pada hasil belajar yang rendah. Peneliti berupaya agar dapat meningkatkan keaktifan siswa, kemampuan guru dan akhirnya hasil belajar siswa juga meningkat. Karena itu kolaboratif guru pengajar kelas I sepakat untuk menerapkan pembelajaran kerja kelompok dan permainan kartu bilangan. Dengan penggunaan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan pada materi mengurutkan bilangan, maka permasalahan yang ada dalam pembelajaran matematika dapat dipecahkan.

c. Hipotesis Tindakan

Dengan memperhatikan mainan di atas berdasarkan landasan teori yang ada maka hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Kerja kelompok dan permainan kartu bilangan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika

2. Kemampuan guru dalam penggunaan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan dapat meningkat dalam proses pembeajaran

3. Hasil belajar matematika siswa kelas I SDN Denasri Wetan 02 dapat meningkat dengan dengan penggunaan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting dan Subjek Penelitian

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah peneliti dengan dibantu seorang Kepala Sekolah dan seorang teman sejawat sebagai supervisor. Teman sejawat bertugas sebagai observer siswa dan guru selama proses pembelajaran.

Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri Klidang Wetan Kecamatan Batang Kabupaten Batang pada semester I tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 30 siswa, terdiri dan 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Pertimbangan peneliti mengambil subyek siswa kelas I karena sesuatu tugas pokok sebagai guru kelas I yang hasil belajar dan tingkat keaktifannya masih rendah, belum sesuai dengan harapan guru.

Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :

  1. Variabel Input

§ Siswa kelas I SD Negeri Klidang Wetan

§ Guru kelas I SD Negeri Klidang Wetan

§ Bahan pelajaran kartu bilangan

  1. Variabel Proses

§ Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mengurutkan bilangan.

§ Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran mengurutkan bilangan dengan kerja kelompok dan kartu bilangan.

B. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini melalui serangkaian tes formatif dan observtif/pengamatan, baik lisan maupun tulisan. Dalam pelaksanaan tes mengacu pada materi pembelajaran dan tes formatif dijadikan sebagai alat evaluasi, sedangkan sumber pengamatan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran merupakan suatu bagian penelitian baik secara individu maupun kelompok. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang menguraikan keaktifan siswa, kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Data kuantatif berupa angka/nilai rata-rata sebagai bukti penunjang penelitian yang diisi oleh observer berdasarkan penelitian di lapangan.

C. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Hal ini perlu dilakukan karena analisis data yang diperoleh pada suatu penelitian dapat memberi arti penting terhadap hasil penelitian tersebut. Sehingga data tersebut dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam penelitian. Dalam penelitian ini membandingkan nilai tes antar siklus dan indikator kinerja. Untuk penilaian rata-rata menggunakan rumus :

x = Ex

En

Keterangan :

x = nilai rata-rata

X = jumlah nilai siswa

n = jumlah siswa

Sedangkan penilaian ketuntasan belajar ada dua kategori secara perorangan dan klasikal dengan menggunakan rumus :

P = Jumlah siswa tuntas belajar x 100

Jumlah siswa

Analisa ini dilakukan pada saat tahap refleksi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Instrumen lembar pengamatan keaktifan siswa.

Lembar observasi ini digunakan untuk memantau setiap perkembangan siswa mengenai sikap, tingkah laku, dan keaktifan belajar siswa yang dilakukan langsung selama proses pembelajaran.

2. Instrumen lembar pengamatan kemampuan guru

Lembar observasi ini disusun untuk memantau perkembangan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Penguasaan terhadap model pembelajaran yang dipakai serta keterampilan dalam menerapkan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan.

3. Lembar tes hasil belajar

Lembar tes belajar berisi data nilai yang diperoleh dalam pelaksanaan tes evaluasi siklus I dan siklus II sebagai data akurat terhadap peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk kolaborasi antara guru kelas I sebagai peneliti yang melaksanakan pembelajaran dan perancang penelitian tindakan kelas dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Peneliti bertanggung jawab penuh terhadap penelitian tindakan kelas ini. Secara umum prosedur pelaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) ini meliputi 4 tahap yaitu : 1) perencanaan, 2) pelaksanakan tindakan, 3) observasi/pengamatan, dan 4) refleksi. Peneliti dan teman sejawat terlibat secara penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya. Keempat tahp tersebut saling terkait dan berkelanjutan.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus untuk mencapai hasil yang diinginkan dan mengatasi persoalan yang ada. Siklus I akan dilanjutkan ke siklus berikutnya jika belum mencapai kriteria keberhasilan atau ketuntasan belajar yang telah ditetapkan oleh peneliti.

F. Deskripsi Per-siklus

Peneliti menganggap bahwa peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas I yang dilaksanakan melalui kerja kelompok dan permainan kartu bilangan berhasil jika rata-rata nilai minimal 70 dari seluruh siswa dan prosentase ketuntasan minimal 75%. Aktifitas siswa dan nilai kemampuan guru dalam proses pembelajaran dianggap berhasil jika nilai minimal 4, dan rata-rata kelas tiap aspek dari tindakan minimal 4 atau masuk dalam kategori baik (B).

1. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

Penelitin Tindakan Kelas (PTK) pada mata pelajaran matematika siklus I dilaksanakan dengan tahapan : perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan, dan refkelsi sebagai berikut :

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan refleksi awal berdasarkan hasil studi pendahuluan. Adapun tahp yang dilakukan adalah sebagai berikut :

§ Peneliti bersama teman sejawat membuat rencana perbaikan pembelajaran matematika tentang mengurutkan bilangan cacah dari yang terkecil atau sebaliknya melalui kerja kelompok dan permainan kartu bilangan yang dapat meningkatkan kemampuan guru dan keaktifan siswa dalam mengurutkan bilangan cacah.

§ Menyiapkan rencana pelaksanaan perbaikan, yang memuat skenario pembelajaran, alat peraga yang digunakan, format evluasi, serta observasi tindakan.

§ Mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran.

§ Melakukan simulasi pembelajarana berdasarkan pada desain pembelajaran matematika.

§ Menyusun instrumen penelitian berupa lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar pengamatan guru, dan instrumen tes hasil belajar. Lembar pengamatan ini digunakan oleh teman sejawat sebagai observer selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika siklus I.

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini adalah penerapan tindakan yang mengacu pada skeneraio pembelajaran yang tertulis di dalam RPP. Skenario yang dibuat pada siklus I difokuskan pada kegiatan pembelajaran di kelas.

Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika siklus I peneliti menggunakan strategi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan menggunakan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan dengan melibatkan siswa secara langsung dalm pembelajaran matematika di kelas I dengan mengacu pada rencana pelaksanaan perbaikan yang telah disusun bersama teman sejawat dengan melalui tahapan berikut :

§ Peneliti menyuruh siswa membuka buku “gemar belajar matematika” halaman 4, siswa berlatih mengurutkan bilangan dari yang terkecil atau sebaliknya.

§ Peneliti menunjuk salah satu siswa untuk mengerjakan tugas mengurutkan bilangan di papan tulis.

§ Siswa disuruh menanggpi hasil kerja temannya.

§ Enam siswa maju ke depan kelas dan mengambil krtu bilangan yang tekah disiapkan guru secara acak, kemudian berbaris membuat urutan bilangan dari yang terkecil atau sebaliknya.

§ Peneliti menjelaskan cara pengisian LKS.

§ Peneliti mengambil siswa untuk berkelompok secara heterogen masing-masing kelompok 5 siswa untuk mengerjakan LKS

§ Peneliti membagi LKS yang berisi soal yang berbeda untuk setiap kelompoknya.

§ Secara berkelompok siswa mengurutkan kartu bilangan yang disediakan, kartu bilangan diurutkan dari yang terkecil atau sebaliknya.

Contoh : 15 12 14 10 13 11

§ Siswa mencatat hasil kerja kelompok

§ Siswa dalam kelompok (satu baris) menyusun kartu bilangan yang tidak berurutan besarnya menjadi tersusun dari yang terkecil atau sebaliknya.

Contoh : 10 14 17 12 20 15

§ Siswa mencatat hasil kerja kelompok tentang urutan bilangan

§ Permainan antar kelompok

o Satu orang siswa mewakili kelompoknya untuk berlomba menyusun katu bilangan dengan menempelkan di papan tulis

o Siswa yang dapat menyelesaikan tugas paling cepat dinyatakan sebagai pemenang dan diberi hadiah.

c. Refkleksi

Setelah melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran dan pengamatan, peneliti melakukan diskusi-diskusi kembali dengan teman sejawat. Berdasarkan hasil temuan pelaksanaan siklus II sudah berhasil mencapai nilai rata-rata lebih dari 80 dan nilai ketuntasan belajar sudah mencapai lebih dari 75 % serta dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal ini terbukti pada hasil analisis sebagai berikut :

1. Menyiapkan buku pelajaran

Berdasarkan pengamatan ini siswa sudah siap menerima pelajaran, terbukti nilai dari baik meningkat menjadi sangat baik dengan menyiapkan buku dan alat tulisnya.

2. Antusias siswa dalam pembelajaran juga meningkat dari baik menuju sangat baik, terbukti siswa berantusias mengikuti pelajaran

3. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru, menurut pengamatan sudah baik

4. Aktivitas siswa mencatat pelajaran meningkat menjadi sangat baik terbukti tanpa disuruhpun siswa aktif mencatat

5. Keberanian siswa dalam bertanya/ mengemukakan pendapat tergolong meningkat dari sedang menjadi baik

6. Keberanian siswa menjawab pertanyaan menurut pengamatan baik dari siswa yang tadinya takut menjawab kini berani menjawab pertanyaan/ tugas

7. Respon siswa terhadap tugas/ soal yang diberikan dalam hal ini sangat baik berdasarkan analisa pengamatan

8. Pada siklus II ini keaktifan siswa sudah mengikat dari baik menjadi sangat baik

9. Aspek kerja sama sudah dapat dilakukan dengan baik dan penuh semangat

10. Perhatian siswa ketika kelompok lain melaporkan hasil kerja kelompok mengalami peningkatan dari sedang menjadi baik

11. Perhatian siswa ketika temannya mengemukakan pendapat atau betanya menurut pengamatan baik

12. Aktivitas siswa mengerjakan soal, pada siklus II ini juga sama dengan hasil siklus I yaitu sangat baik.

Dengan menganalisa hasil tersebut maka terbukti bahwa penerapan kerja kelompok dan permainan kartu bilangan dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Siswa merasa termotivasi dan semangat untuk mengikuti pembelajaran yang menggunakan kerja kelompok dan permaianan kartu bilangan.

Berdasarkan uraian singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa pencapaian target yang telah ditentukan tercapai. Target yang ditetapkan adalah masing-masing aspek memiliki skor baik (B). dengan ketuntasan belajar secar klasikal minimal 75 % seperti yang ditargetkan sejak awal, sehingga peneliti dan teman sejawat sepakat untuk tidak melanjutkan ke siklus berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar