Minggu, 21 Maret 2010

SUKENINGSIH,NIM: 282009078, PROPOSAL PTK




MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PENGUKURAN BERAT DENGAN SATUAN TAK BAKU MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BENDA-BENDA NYATA KELAS I SD NEGERI KASEPUHAN 05 BATANG

TAHUN AJARAN 2009/2010

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh :

Nama : Sukeningsih

Nim : 282009078

Kelas : C (Batang 3)

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2010






BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Melalui pendidikan, manusia dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreatifitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fungsi lain dari pendidikan adalah mengurangi kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan karena ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat menjadikan seseorang mampu mengatasi problematika.

Matrematika merupakan ilmu universal yang mendasri perkembangan teknologi modern, mempunyai peran yang penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari – hari dan dalam upaya memahami ilmu pengetahuan lainnya. Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar dapat menggunakan atau menerapkan matematika dalam kehidupannya. Dengan demikian matematika menjadi mata pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut agar di dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika, hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran guru dituntut menggunakan media pembelajaran dan metode pembelajaran yang sesuai.

Fakta yang dapat kita lihat di lapangan, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan diantaranya siswa tidak mempunyai kemampuan dasar berhitung yang baik, siswa tidak tertarik pada matematika, guru belum dapat memilih dan menggunakan metode yang sesuai dan lain-lain.

Banyak model pembelajaran yang bermanfaat bagi siswa, khususnya yang berbakat dalam menumbuhkan aktivitas siswa dalam belajar. Model-model pembelajaran dapat digabung atau dipilih untuk tujuan tertentu. Pembelajaran akan berhasil jika seorang guru dapat memilih dengan tepat model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan karakteristik materi yang akan dibahas. Model pembelajaran yang dipilih guru hendaknya dapat membangkitkan minat belajar dan motivasi serta aktivitas belajar siswa.

Harun Supriatna (2009) mengemukakan :

“Salah satu cara untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran di sekolah adalah memilih atau menetapkan strategi pembelajaran yang resmi dengan kondisi yang diprediksi dapat mempengaruhi hasil belajaran yang akan dicapai oleh siswa. Agar hal ini tercapai guru harus memiliki kemauan dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan atau menetapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pengajaran.”

Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan oleh adanya penguasaan materi oleh siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai. Jika ternyata ada nilai yang tidak memenuhi standar ketuntasan belajar, maka hal ini merupakan masalah yang harus diperbaiki.

Pada dasarnya belajar matematika merupakan belajar konsep. Konsep – konsep pada matematika menjadi kesatuan yang bulat dan berkesinambungan. Untuk itu dalam proses pembelajaran guru harus dapat menyampaikan konsep tersebut kepada siswa dan bagaimana siswa dapat memahaminya. Pengajaran pada matematika dilakukan dengan memperhatikan urutan konsep dimulai dari yang paling sederhana.

Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa sampai saat ini prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah.

Rendahnya prestasi belajar matematika tidak hanya karena kesalahan siswa tetapi juga disebabkan oleh proses belajar yang tidak sesuai. Saat ini masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran lama pada proses pembelajaran di sekolah - sekolah. Guru membacakan atau membawakan bahan yang disiapkan dan siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan soal sesuai contoh dari guru, atau biasa disebut model pembelajaran konvensional. Hal ini mengakibatkan kurangnya interaksi antara guru dan siswa. Menjadikan siswa pasif, kurang perhatian untuk belajar kreatif dan mandiri.

Rendahnya prestasi belajar matematika tidak hanya karena kesalahan siswa tetapi juga disebabkan oleh proses belajar yang tidak sesuai. Saat ini masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran lama pada proses pembelajaran di sekolah - sekolah. Guru membacakan atau membawakan bahan yang disiapkan dan siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan soal sesuai contoh dari guru, atau biasa disebut model pembelajaran konvensional. Hal ini mengakibatkan kurangnya interaksi antara guru dan siswa. Menjadikan siswa pasif, kurang perhatian untuk belajar kreatif dan mandiri.

Berdasarkan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diantaranya adalah masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru. Dalam hal ini penulis merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktik pembelajaran di dalam kelas, maka penulis mencoba memprakarsai diri dalam guru sendiri (an inquiry practice from within) dan dibantu oleh teman sejawat.

Masalah yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran matematika adalah siswa belum memahami mengukur berat dengan satuan tidak baku. Masalah tersebut dapat diketahui dari hasil tugas matmatika siswa, dari jumlah …..siswa di kelas I SD Negeri Kasepuhan 05 Batang yang mendapat nilai 70 ke atas hanya 3 siswa.

Berpijak dari permasalahan di atas, penulis berupaya untuk mengubah situasi pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, inovatif dan kreatif melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembahasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan penulisan sebagai berikut:

“Apakah dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika tentang pemahaman pengukuran dengan satuan di kelas 1 SD Negeri Kasepuhan 05 Batang?”

1. 3 Tujuan Penelitian

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah:

1. Untuk memperbaiki pembelajaran matematika kelas I semester 2 di SD Negeri Kasepuhan 05 Batang dengan materi pokok mengukur mengukur berat dengan satuan tak baku yang bertujuan meningkatkan pemahaman dan hasil rata-rata siswa.

2. Untuk memperbaiki kinerja guru dalam upaya meningkatkan kualitas dan professional guru.

3. Melatih diri untuk menulis sehingga guru terampil membuat tulisan laporan.

4. Untuk memenuhi tugas persyaratan pada program S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Staya Wacana.

1. 4 Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang penulis laksanakan bermanfaat bagi siswa, guru, pembelajaran dari sekolah sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dari 30 siswa yang semula hanya 5 siswa setelah diperbaiki menjadi 25 siswa yang tuntas.

2. Bagi guru

Membantu memperbaiki pembelajaran terutama penggunaan metode, meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sehingga dapat berkembang secara professional.

3. Bagi pembelajaran

Memperbaiki kesalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran ternyata alat peraga sangat sangat dibutuhkan.

4. Bagi sekolah

Memberi sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah khususnya SD Negeri Kasepuhan 05 Batang.

5. Bagi dunia pendidikan pada umumnya

Dengan meningkatnya prestasi belajar siswa, secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan khususnya di Indonesia.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2. 1 Kajian Teori

Dalam melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika, penulis dapat menyimpulkan berbagai teori yang mendukung perbaikan pembelajaran yaitu antara lain:

A. Pengertian Hasil Belajar Matematika

a. Hasil Belajar

Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen guru atau instruktur, siswa bahan intruksional serta lingkungan belajar saling berinteraksi satu sama lain dalam usaha mencapai tujuan sistem tersebut. Gagne & Briggs (1978 : 3) mengemukakan bahwa pembelajaran juga dapat digambarkan sebagai usaha mencapai tujuan untuk mendorong orang lain dalam belajar.

Guru menyajikan bermacam-macam informasi yang harus dipelajari oleh siswa, siswa diharapkan untuk dapat menerima dan mengolah informasi ini menjadi bentuk yang dapat disimpan di dalam ingatannya dan memakainya kembali atau memindahkannya ke dalam situasi lain apabila diperlukan. Kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah informasi tersebut sangat bervariasi, siswa tidak mungkin dapat menerima secara mempelajari semua informasi yang ada, dia akan menyeleksi sesuai dengan kemampuan dan karakteristiknya.

Memori dikenal sebagai ingatan yang sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimuli, dan merupakan tempat penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia. Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien kalau hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang sekecil mungkin. Perwujudan perilaku belajar biasanya terlihat dalam perubahan-perubahan kebiasaan, keterampilan, dan pengamatan, sikap dan kemampuan yang biasanya disebut sebagai hasil belajar. Secara umum belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Hasil dari proses belajar disebut sebagai hasil belajar yang dapat dilihat dan diukur. Keberhasilan seseorang di dalam mengikuti satuan program pengajaran pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil belajarnya dalam program tersebut. Bloom, (1976 : 76) membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotor. Untuk dapat belajar sesuatu diperlukannya kondisi yang mempengaruhi belajar, meliputi kondisi internal yang ada pada diri orang yang belajar. Kondisi internal ini sebagai karakteristik siswa yang merupakan diskripsi umum dari sifat-sifat siswa yang akan menerima pelajaran misalnya, usia, kelas, minat, profesi, kesehatan, motivasi, tingkat prestasi, kemampuan, status social ekonomi, atau kemampuan berbahasa asing. (Dick & Carey, 1985 : 95).

Kondisi eksternal adalah rangsangan yang bersumber dari luar yang dapat menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar. Kondisi eksternal ini dalam proses belajar mengajar dipengaruhi antara lain oleh guru. Dalam hal ini bagaimana guru merancang dan menyediakan kondisi yang khusus agar siswa berhasil dalam belajarnya. Kegagalan seseorang dalam belajar tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuannya tetapi antara lain adanya gangguan dari informasi lain yang menghambat untuk mengingat kembali apa yang telah pernah dipelajarinya.

Menurut Assubel (1978 : 151-153) bila bahan yang dipelajari masa lalu menghambat bahan yang dipelajari sesudahnya disebut hambatan proaktif. Sedangkan bila bahan baru yang dipelajari menghambat ingatan kembali tentang apa yang telah dipelajari di masa lalu disebut menjadi hambatan retroaktif. Tidak semua materi pelajaran dapat dipelajari dengan ingatan saja melainkan harus dengan percobaan atau dengan didemonstrasikan. Pengaitan antara informasi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa dengan informasi baru oleh Aussubel disebut advanced organizer. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaitkan pelajaran matematika menjadi pelajaran yang penekanannya pada belajar penemuan (discovery learning) yang artinya belajar untuk mencari dan menemukan konsep baru bagi siswa dan belajar bermakna (meaningful learning) yang artinya hasil belajar dapat diaplikasikan dan dikembangkan bagi siswa.

Selanjutnya siswa diharapkan dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang sudah dipunyainya. Bila siswa telah dapat menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya maka dalam hal ini telah terjadi belajar bermakna. Bila siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru ini tanpa menghubungkan pada konsep-konsep yang telah ada pada struktur kognitifnya, maka dalam hal ini telah terjadi belajar hafalan.

Suatu konsep yang kompleks dalam ilmu pengetahuan khususnya matematika hanya difahami jika konsep-konsep yang lebih mendasar dan ikut dalam pembentukan konsep baru telah benar-benar dipahami. Gagne (1977 : 142), menyarankan penggunaan kumpulan pengetahuan (learning set) yang dapat mengurutkan pengajaran dengan tepat. Kumpulan pengetahuan ini dapat didefinisikan sebagai sub-sub konsep yang berhubungan dengan suatu tingkat konsep tertentu dalam hierarki konsep. Gagne selanjutnya mengemukakan bahwa suatu program belajar terstruktur terdiri dari kumpulan pengetahuan yang terorganisasi secara hierarkis. Sebagai contoh bila diamati bagaimana seseorang mempelajari konsep matematika yang terkait dengan matematika, maka terlihat bahwa penguasaan pengetahuan yang berurutan tergantung pada penguasaan sebelumnya. Penguasaan sebelumnya dapat merupakan persyaratan sebelum pengetahuan lanjutnya dipelajari.

Keberhasilan dalam mempelajari sesuatu banyak dipengaruhi oleh bagaimana cara siswa mempelajari dan apa karakteristik materi atau bidang yang sedang dipelajari itu. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sebagian konsepnya bersifat abstrak meskipun beberapa konsep dalam isinya terdiri dari hal-hal yang konkrit serta sebagian materinya memerlukan pemahaman secara bermakna yang dapat diukur dengan seperangkat tes secara tertulis. Untuk itu dalam penelitian ini selanjutnya untuk mengukur hasil belajar matematika digunakan alat ukur berupa tes.

b. Matematika SD

Bagian inti matematika di SD mencakup aritmatika, pengantar aljabar, geometri, pengukuran dan kajian data (statistika). Penekanan matematika SD terletak pada penguasaan bilangan yang didalamnya termasuk berhitung. Karena sifatnya masih anak-anak, sebaiknya matematika di SD disampaikan dalam bentuk permainan atau nyanyian yang sebelumnya telah dikenal siswa, hal ini bertujuan agar anak merasa senang belajar matematika. Melalui permainan dan nyanyian siswa belajar dengan penuh kegembiraan dan penuh semangat, baru kemudian menumbuhkan kemampuan logika secara sederhana. Hal ini berarti bahwadalam menyampaikan materi matematika SD tidak cukup bagaimana menyampaikan materi kepada siswa dan bagaimana agar siswa dapat menyelesaikan soal, namun justru terletak pada bagaimana anak memiliki logika secara sederhana untuk menemukan sendiri cara penyelesaiannya dan sikap yang baik ketika belajar matematika.

Sutrisman Murtadho dan Tambunan (1987 : 24) mendefinisikan matematika sebagai ilmu yang dapat membantu manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan serta dalam mengambil keputusan. Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk membuat siswa memahami dan mengerti konsep dalam matematika SD adalah dengan objek langsung kepada anak. Anak dikenalkan benda secara konkrit yang dihubungkan dengan konsep angka dan perhitungan. Objek langsung dalam matematika terdiri dari fakta, konsep, dan prinsip. Selain objek langsung dalam matematika juga terdapat objek tidak langsung yang terdiri dari mengalihkan perhatian, kemampuan menyelidiki, kemampuan pemecahan soal, disiplin diri, dan apresiasi terhadap struktur matematika. Setiap objek langsung pengajaran matematika tersebut memiliki tingkat kesulitan yang menuntut kemampuan kognitif yang berbeda, maka mengajarkan objek langsung dalam pengajaran matematika memerlukan strategi mengajar tersendiri yang sesuai dengan objek yang sedang dipelajari siswa.

Fakta matematika menurut Sutrisman Murtadho dan Tambunan (1987 : 26) diartikan sebagai ide abstrak yang memudahkan orang dapat mengklasifikasikan objek atau kejadian dan menentukan apakah objek atau kejadian itu adalah contoh dari ide abstrak itu. Konsep dapat dipelajari melalui definisi-definisi atau melalui pengamatan langsung. Dalam belajar konsep, siswa yang masih berada dalam tahap operasi konkrit, biasanya perlu melihat dan memegang benda (objek) yang dinyatakan oleh konsep itu, sedangkan siswa dalam tahap operasi formal, mempelajari konsep melalui diskusi dan memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Seseorang telah belajar konsep, jika seseorang itu telah mampu memisahkan contoh konsep dari bukan contoh konsep.

Prinsip adalah hubungan dari satu atau lebih dari objek langsung pengajaran matematika yang berupa fakta, konsep, operasi atau prinsip yang lain. Prinsip dapat dipelajari melalui proses inkuiri ilmiah, penemuan yang dituntun, diskusi kelompok menggunakan strategi pemecahan masalah soal dan demonstrasi. Seorang siswa telah belajar prinsip, apabila siswa itu mampu menentukan konsep-konsep itu pada relasi yang benar satu dengan lainnya dan mampu menggunakan prinsip itu pada situasi tertentu.

Operasi adalah keterampilan menggunakan fakta, konsep, dan prinsip yang dipelajari. Pemahaman fakta, konsep, dan prinsip sangatdiperlukan untuk mendapatkan kemahiran keterampilan. Tetapi ada kalanya terlihat seorang siswa memiliki keterampilan yang baik, tetapi waktu diminta menyebut prinsip apa yang digunakan siswa tidak mampu menyebutnya. Operasi dapat dipelajari melalui demonstrasi dan berbagai jenis latihan dan praktikum, seperti lembaran kertas kerja, bekerja dipapan tulis, kegiatan kelompok dan permainan kelompok. Siswa telah dianggap menguasai operasi apabila mereka telah dapat mendemonstrasikan operasi itu secara tepat dan benar dalam penyelesaian berbagai jenis soal atau menggunakan operasi itu dalam berbagai situasi.

c. Hasil Belajar Matematika

Nana Sudjana (1995: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Dalam belajar matematika terjadi proses berpikir dan terjadi kegiatan mental dan dalam kegiatan dalam menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut. Dengan demikian ia dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan yang dipelajari tersebut, inilah yang disebut hasil belajar. Gagne (1977 : 47-48) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap.

Gagne dan Briggs (1978 : 49-55) menerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah (1) keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan procedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi, kaidah serta prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, mengingat, dan berpikir. (3) Informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan, (4) keterampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot, (5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Bloom (1976 : 201-207) membagi hasil belajar menjadi tiga kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta keterampilan-keterampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap sikap, minat, dan nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuandan penyesuaian diri yang memadai. Kawasan psikomotor adalah kemampuan-kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak. Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal, (3) penerapan adalah kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata, (4) analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, (5) sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan yang berarti, (6) penilaian adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan criteria intern atau kelompok atau criteria ekstern ataupun yang ditetapkan lebih dahulu.

Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut diatas maka yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seseorang siswa dalam mengikuti proses pengajaran matematika pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika.

Hasil belajar di atas sangat dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran contohnya media komputer, disamping itu minat belajar juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Hasil belajar dapat diukur dari dimensi kemampuan belajar siswa secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan siswa tersebut dapat dimaksimalkan dengan penggunaan media di atas.

B. Pengertian Media/Alat Peraga Pembelajaran

Ridha Sarwono, S. Sn. dan Stefanus C. Resmasira (2009:19) mengatakan bahwa :

“Media pembelajaran merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak baik menggunakan teknologi sederhana maupun kompleks untuk menciptakan lingkungan atau pengalaman yang memungkinkan siswa untuk belajar sehingga tercapainya tujuan pembelajaran.”

Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan setiap hari, merupakan kehidupan dari suatu kelas, dimana guru dan siswa saling terkait dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan oleh guru. Karena guru merupakan pengelola tunggal di dalam kelas. Hudoyo (1998) menyatakan bahwa belajar matematika merupakan proses membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang bersifat aktif dan dinamis. Dalam hal ini siswa membangun sendiri arti dari pengalamannya dan interaksi dengan orang lain, sedangkan tugas guru adalah memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Sedangkan menurut Pieget, taraf berfikir anak seusia SD adalah masih konkret operasional. Artinya untuk memahami suatu konsep, siswa masih harus diberikan kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang dapat diterima akal mereka. Dra. Sukayati, M. Pd. (2003) mengemukakan bahwa media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Dalam belajar matematika, pengalaman belajar siswa sangatlah penting. Pengalaman tersebut akan membentuk pemahaman apabila ditunjang dengan alat bantu belajar, agar pemahaman matematika tersebut menjadi konkret. Dengan demikian alat bantu belajar atau biasa disebut media akan berfungsi dengan baik apabila media tersebut dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna, mengaktifkan dan menyenangkan siswa.

Ridha Sarwono, S. Sn. dan Stefanus C. Resmasira (2009:67) membagi bentuk-bentuk media menjadi:

1. Media Sederhana

Media sederhana adalah media yang tidak banyak membutuhkan sarana teknologi yang tinggi, karena media ini ada disekitar kita dan ada yang dapat dibuat sendiri.

2. Media Grafis

Media grafis adalah bentuk media dua dimensi dan banyak menggunakan bantuan komputer dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan program pembelajaran.

2. 2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian (Aji Sujudi) 2005 tentang meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan perkalian dan pembagian menggunakan media komputer pada siswa kelas 2 SD Muhammadiyah Plus Salatiga.

2. 3 Kerangka Berpikir

Ketepatan pemilihan dan penggunaan media dalam pembelajaran matematika akan berpengaruh terhadap kelancaran proses pembelajaran matematika. Untuk itu penggunaan media pembelajaran akan membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan dan membantu guru untuk menyampaikan materi pelajaran.

Kajian pustaka dan landasan teoritis dari para pakar juga beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti memberikan gambaran penulis untuk membuat skema tindakan dalam penelitian ini. Skema tersebut dapat digambarkan seperti di bawah ini :

2. 4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Jika pembelajaran matematika pokok bahasan pengukuran satuan tak baku menggunakan media atau alat peraga maka hasil belajar siswa akan meningkat.

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Seting dan Karakteristik Subyek Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian ini di kelas 1 SD Negeri Kasepuhan 05 Batang. Waktu penelitian dimulai pada semester dua yaitu mulai awal Jabuari 2010 sesuai materi yang diajarkan pada semester tersebut.

Siswa kelas 1 SD negeri Kasepuhan 05 berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 25 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Dari 30 siswa tersebut, hanya 25 % yang mempunyai kemampuan cukup baik, sedangkan selebihnya dibawah rata-rata. Banyak hal yang mempengaruhi hal ini, antara lain:

1. Kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan, sehingga rata-rata banyak anak yang tidak bersekolah TK terlebih dahulu.

2. Tingkat pendidikan orang tua rendah, sehingga motivasi belajar kurang.

3. Tingkat ekonomi yang pas-pasan.

Penulis memilih kelas ini sebagai tempat penelitian karena alasan berikut ini:

1. Peneliti adalah guru di kelas tersebut sehingga memudahkan dalam melaksanakan penelitian.

2. Berdasarkan pengamatan selama semester dua, hasil belajar siswa tentang pengukuran berat dengan satuan tak baku masih rendah. Hal ini perlu segera diusahakan adanya peningkatan.

3. Penggunaan alat peraga diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan, sasaran kajian dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika tentang pekukuran berat dengan satuan tak baku dilakukan dengan alat peraga.

3. 2 Variabel Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data utama dan data pendukung. Sabagai sumber data utama adalah guru, siswa kelas 1 SD Negeri Kasepuhan 05 Batang tahun ajaran 2009/2010, dan daftar nilai siswa. Adapun data pendukung berasal dari teman sejawat yang menjadi observer.

Objek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu variable bebas dan variable terikat. Variabel bebasnya adalah penggunaan alat peraga. Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa.

3. 3 Rencana Tindakan

Prosedur penelitian pada penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus, Adapun langkah-langkahnya seperti yang tertera sebagai berikut:

A. Siklus I

Penelitian dimulai dengan dilaksanakannya siklus I. Siklus I ini dilaksanakan dalam 1 x pertemuan (2 x 35 menit). Tahapan dalam siklus ini sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan ini merupakan refleksi awal kegiatan penelitian. Atas dasar dari hasil pembelajaran pendahuluan, maka disusunlah perencanaan melalui beberapa tahap sebagai berikut:

- Mendesain pembelajaran matematika tentang pengukuran berat dengan satuan tak baku menggunakan alat peraga.

- Mensimulasikan desain pembelajaran.

- Masukan dari hasil simulasi digunakan untuk merevisi desain pembelajaran berikutnya.

- Menyusun instrument yang diperlukan dalam siklus

2. Tindakan

Tindakan merupakan penerapan dari tahap perencanaan yang telah disimulasi dan direvisi.

Pada Siklus I, diawali dengan mengkondisikan kelas. Pertama-tama mengadakan tanya jawab sebagai apersepsi sebagai penajajakan pemahaman awal siswa. Tahap selanjutnya, siswa diberikan informasi singkat tentang materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Adapun kegiatan selanjutnya guru merumuskan masalah yang telah ditemukan

3. Pengamatan

Tahap pengamatan atau observasi dilakukan bersamaan dengan tahap tindakan. Pada tahap ini pula dilakukan pengumpulan data-data yang diperlukan. Tiap-tiap tindakan tindakan yang dilakukan oleh guru dan siswa diamati oleh observer. Observer disini adalah guru itu sendiri, dibantu oleh teman sejawat. Instrumen yang digunakan untuk obeservasi adalah pedoman pengamatan dan lembar penilaian yang sudah disediakan.

4. Refleksi

Pada tahap refleksi ini, peneliti bekerja sama dengan teman sejawat. Peneliti bersama rekan sejawat berdiskusi tentang kelebihan dan kekurangan pada tahap tindakan. Hasil diskusi digunakan untuk menentukan sikap dalam silus selanjutnya. Pada tahap ini juga dilakukan analisis data untuk mengetahui kemajuan yang telah ditetapkan, sehingga dapat ditetapkan apakah diperlukan siklus selanjutnya atau tidak.

B. Siklus II

Siklus II merupakan penyempurnaan dari Siklus I. Dalam siklus ini akan diperoleh hasil pengamatan secara utuh. Siklus dua dilakukan 1 x pertemuan (2 x 35 menit). Tahap-tahapnya sebagai berikut:

1. Perencanaan

Atas hasil dari Siklus I maka dibuatlah perencanaan untuk melaksankan siklus II. Dalam tahap ini, peneliti membuat seperangkat pembelajaran seperti halnya pada siklus I.

2. Tindakan

Tahap tindakan ini sama dengan yang dilakukan pada siklus I, tetapi diusahakan benar-benar meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang pengukuran berat dengan satuan tak baku dengan menggunakan alat peraga.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan baik pada saat tahap tindakan maupun setelahnya. Hal ini sebagaimana yang dilakukan dalam siklus I.

4. Refleksi

Tahap ini kembali dilakukan setelah melakukan tahap tindakan dan pengamatan. Hal ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika tentang pengukuran berat dengan satuan tak baku untuk dapat dibandingkan dengan hasil setelah siklus I.

3. 4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

A. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan tiga teknik dalam pengumpulan data, antara lain:

1. Teknik Tes:

Tes ini dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa pada pelajaran matematika yang dilakukan selama penelitian.

2. Teknik Pengamatan atau Observasi

Metode ini digunakan untuk mengamati apakah hasil pembelajaran siswa meningkat ataukah tidak.

3. Metode Dokumentasi.

Dokumen-dokumen yang diteliti dalam penelitian ini adalah daftar nilai siswa kelas 1 SD Negeri Kasepuhan 05 Batang tahun 2009/2010.

B. Instrumen Pengumpulan Data

1. Butir Soal Tes

Instrumen ini berupa tes hasil belajar pembelajaran matematika tentang pngukuran berat dengan satuan tak baku. Instrumen ini dugunakan untuk pengumpulan data.

2. Lembar Pengamatan

Lembar pengamatan digunakan untuk mengukur pemahaman dan hasil pembelajaran siswa. Hal ini dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan pada akhir proses pembelajaran.

3. Skala Penilaian untuk Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan terhadap buku siswa dan daftar nilai siswa kelas 1 SD Negeri Kasepuhan 05 Batang tahun 2009/2010.

3. 5 Indikator Kinerja

Dalam Penelitian Tindakan Kelas dibedakan menjadi dua kelompok:

A. Indikator Umum

Indikator umum dari penelitian ini adalah:

1. Guru bisa mengelola pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan bermakna.

2. Guru dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan pembelajaran menggunakan alat peraga

B. Indikator Khusus

Berdasarkan hasil pembelajaran sebelum diupayakan peningkatan hasil belajar matematika tentang pengukuran berat dengan satuan tak baku yang pada siklus I hasil siswa hanya mencapai 25%, diharapkan mampu mencapai lebih dari 75% setelah dilakukannya siklus II.

3. 6 Teknik Analisis Data

Analisi data merupakan hal yang paling penting dalam penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan Deskriptif Komparatif karena untuk membandingkan nilai antar siklus dan indikator kinerja. Dalam menganalisis juga dilakukan dengan Deskriptif Prosentase.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar